Skip to main content

She is A Ghost, She is Falling in Love (5)

Gue, mungkin cowok berandal. Cowok yang nggak bisa apa-apa.
Tapi, lo terima gue, si brengsek ini. Lo ketawa dan susah sama gue. 
Lo selalu dukung gue, lo ngarahin gue ke jalan yang bener, dan lo
selalu membuat gue tertawa.

Gue sayang sama lo. Dan yang gue lakukan saat ini, adalah menunggu waktu yang tepat,
untuk bilang semua ke lo.

A.

"Cieeeeeeh, Angga prikitiw!" teriak Dimas. Seisi kelas yang sedang belajar fisika, sontak terdiam semuanya. Bahkan, Erdi yang biasanya ketiduran di pojok belakang, sampai terbangun. Pak Guna yang matanya tajam pun, seakan meruncing matanya sampai menusuk mental Angga. "Angga, Dimas! Kalian ini ngobrol sendiri aja. Udah ngerti belom ini materinya? Udah kelas 3, bandelnya nggak ketulungan," bentak Pak Guna. "Matilah gue ini," ujar Angga dalam hati. "Eh, ini pak, tadi saya lagi nyoba ngerjain soal, terus Dimas...Dimas..gangguin saya, Pak!" ujar Angga. Dimas langsung menyikut Angga. "Dih, kok gua? Anjir lo!" bisik Dimas. Pak Guna pun mendekati meja mereka berdua. "Coba, Angga, apa itu kertas yang ada di hadapan kamu? Sini kasih saya!" perintah Pak Guna. Dengan semangat, justru Dimas yang memberikan kertas itu ke Pak Guna. Nggak butuh waktu lama untuk Pak Dimas membaca isi kertas "coretan" itu.
"Angga, bacakan ini di depan kelas, sekarang!" perintah Pak Guna. "Eh, pak, jangan dong. Mending bapak kasih saya PR satu bab, Pak" pinta Angga. Wajah Angga memelas, ditambah pipinya memerah. Pak Guna menggelengkan kepalanya. "Maju!" bentaknya.
Angga pun maju ke depan kelas. Langkahnya gontai, seperti mau dieksekusi. Lalu, dengan lemas, ia pun membaca puisi itu.
"Gue....ehm....gue...mung...mungkin, cowok, berandalan. Ehm, aduh. Terus, cow, cowok yang nggak bisa..apa-apa" ucapnya terbaata-bata. Dimas dan anak-anak lain mulai cekikikan.
"Ta..ta..pi..lo itu...ter...terima gue, ehm...apa adanya...si brengsek ini..lo ketawa, ehm iya ketawa sama, sus..sus...sus" ujarnya terbata-bata lagi. "Sus Merdeka, Pak! Hahahaha" celetuk teman sekelasnya. "Heh, heh diam semua" ujar Pak Guna. "Gue say...say.." ucapannya terputus. Tiba-tiba dilihatnyalah sosok yang ia tulis dalam puisi itu. Reana ada di kelasnya. Tanpa pikir panjang, ia pun mengelak. "Eh pak, ada tamu tuh. Udah ah pak, malu saya!" ujar Angga. "Ya sudah, duduk kamu. Eh itu, Reana, ada apa?" tanyanya kepada Reana. Reana yang linglung pun jadi salah tingkah sendiri. "Pak, ehm, ini, wali kelas saya minta laporan fisika anak-anak, Pak," ujar Reana. "Oh ya, ya sebentar ya," ujar Pak Guna. Sesaat sebelum Reana kembali ke kelasnya, ia sempat melihat wajah Angga. "Haha, muka lo, Ngga. Merah kayak kepiting, as usual," serunya dalam hati

--

Semakin lama, Reana pelan-pelan menyadari perasaannya. Dia bingung, kenapa seringkali salah tingkah di depan Angga. Sejuta kali ia meyakinkan dirinya untuk sadar, bahwa itu semua hanyalah perasaan sesaat. Tapi sejuta kali juga ia tahu, bahwa hatinya tidak sejalan dengan ucapannya.
"Udah lah, Re. Lo jujur aja sama dia. Apa susahnya sih?" tanya Elis. Reana menghela napas. "Lo tau nggak, Lis. Udah banyak cerita di luar sana. Persahabatan bisa hancur sama rasa cinta," ujarnya pasrah. Elis hanya menggelengkan kepala. Sejenak ia terdiam. Kelas yang kosong seolah jadi saksi bisu obrolan mereka.
"Tapi, lo kan tulus. I mean, cinta lo itu, bukan ngebet. Bukan mau menguasai Angga. Tapi, lo ada di sampingnya dia, dalam keadaan apapun," ujar Elis. Reana berpikir. "Eh iya, tapi, Lis. Waktu itu, insiden lukisan muka Angga..gue masih kepikiran. Gue rasa ada orang lain yang suka sama dia. Tapi gue beneran blank. Gue nggak tau siapa dia," ujarnya gelisah. "Aduh, Re. Apa sih yang lo takutin. Jangan nyerah dong sama rasa sayang lo ke Angga. Emangnya lo nggak pernah nyadar ya, kalo Angga pasti suka sama lo. Atau nggak, dia pernah ada rasa sama lo," ujar Elis meyakinkan. Reana cuma diam, bergelut sendiri sama perasaannya.

--

Malam itu, seperti malam-malam yang penuh kegalauan. Di kamar Angga yang gelap, ia memetik gitarnya. "Gila, hampir aja. Pak Guna parah aja loh. Gue bikinin lagu buat dia,ah!" ujarnya iseng.
Houwoooow, aku dipermalukan
Oleh seorang guru bernama Pak Gunawan
Di depan gadis menawan
Yang menjadi pujaan
Reana oh reanaaaa. ini aku Angga
Houwoooooouuuw

"Wakakakaa, ini lagu, asbun sumpah! Hahaha!" tawanya riang. Sambil memetik gitarnya lagi, ia lanjutkan lirik lagu edannya itu.

Reana oh reana
Ini aku, bocah berandal, yang selalu butuh tawamu
Yang butuh senyummu,
Yang mendukungku
Houwoooow

Angga tersenyum. Sambil ia bermain gitar, ia pun sambil membuka kumpulan foto dirinya dengan Reana. "Re, gue berani main gitar sambil goyang ngebor. Gue berani melakukan semuanya. Kecuali....kecuali mengakui semua yang ada di hati gue. Re, I feel like a loser," renungnya dalam hati. 




Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...