Keesokan harinya,
Karena hari ini ada rapat guru, maka seluruh murid pun bisa pulang lebih awal. Jelas saja, keputusan itu disambut gembira oleh murid-murid SMA Pratama. Termasuk di kelas Reana, XII IPA 3.
"Gila, wihiii. Gue demen nih, kalo guru-guru sering rapat. Rasanya udah lamaaaaa banget gue nggak pulang cepet kayak gini. Mana besok Jumat lagi. Pelajaran leha-leha semua!" cerocos Elis panjang lebar, nggak beda jauh sama anak-anak lain. Kelas jadi begitu ramai. Setiap anak langsung pada planning buat acara nanti malem. Melihat Reana yang tidak antusias, Elis jadi penasaran. "Wei, kesambet apaan lo? Diem doang!" Elis teriak sambil mencolek badan Reana. Dan Reana pun terkejut, hingga hampir jatuh dari kursinya.
"Ish, apa-apaan sih, lo?" serunya judes. Elis bukannya merasa bersalah, malah ketawa cekikikan. "Hihihi, neng, pagi-pagi udah naik darah aja. Eh, gue boleh main ke rumah lo, ngga? Bosyen niiich," seru Elis, sok ngalay. Reana yang tadinya cemberut pun langsung meringis geli. "Hehe, iya boleh boleh. Di rumah cuma ada mama. Paling nanti kita masak rame-rame. Eh, tapi kayaknya, gue balik sama Angga. Lo gimana?" tanya Reana, sambil membereskan buku. Elis langsung nyengir kuda. "Oh, jadi ini toh yang namanya masak bersama istri dan mertua," ujarnya kencang, bahkan teman-teman di sekitar Reana langsung ikutan nengok. Reana pun menjitak kepala Elis, dan Elis nyengir kuda lagi karena kesakitan. "Sial, gak kurang kenceng lo. Ya entar paling makan siang bareng. Biasanya juga gitu. Udah, ikut sini," seru Reana, seraya ia berdiri hendak menuju kelas Angga, di IPA 4.
Sesampainya di kelas, mata Reana langsung mencari-cari Angga. Yang dicari pun langsung nyamperin. "Eh Re, jadi pulang bareng kan?" tanyanya. Reana tersenyum. "Jadi, tapi kita ketambahan tamu. Nih si badak!" ujar Reana. Angga pun tertawa. "Sip, sip. Udah lama gue gak masak bareng nyokap lo. Eh, tapi kita naik motor bertiga? Wah kempes motor gue!" seru Angga. Elis tertawa. "Nggak lah, gue bawa mobil kok. Gue kan nggak mau ganggu lo bertiga, hehehe," Elis bicara sambil cengengesan. Tiba-tiba, baik Angga maupun Reana jadi salah tingkah. Elis makin hot ngecenginnya. Akhirnya, mereka bertiga pun berjalan keluar dari sekolah.
Baru sampai di koridor dasar, Reana teringat akan sesuatu. "AMPLOP!" teriaknya keras. "Eh, eh, kenapa Re?" tanya Angga. "Aduh, aduh, ini ada yang kelupaan!" ujar Reana panik. "Apaan Re?" tanya Elis. "Itu, kotak pensil gue. Duit gue disitu semua. Bentar yups!" serunya sambil berlari ke kelas. Angga dan Elis pun melongo ditinggal pergi begitu aja.
Sesampainya di kelas, Reana langsung buru-buru menuju kursi tempat duduknya. Begitu ia melihat kotak pensilnya masih utuh beserta isinya, ia menarik napas lega. "Aduh, ampe ilang berabe nih," ujarnya. Begitu ia membalik badan, tanpa sengaja ia menjatuhkan map. Dan isi map itu pun bertebaran di lantai.
"Aduh, ini mapnya kenapa di pinggir pula," gerutu Reana. Ia pun memungut dan melihat guratan pada kertas itu.
Reana terkejut. Ia menarik napas.
Wajah pada kertas itu, garis dan air mukanya, ANGGA!
Reana terkejut, namun ia segera menenangkan dirinya.
"Eh, astaga! Ini kan...siapa yang punya map ini?" tanyanya dalam hati. Ia membalik map itu, dan ditemukanlah nama pemilik map Winnie the Pooh itu.
Evelyn Maya Kirana. XI IPA 4.
Ketika ia mendongakkan kepalanya, ia lebih terkejut lagi. Dan si pemilik pun sampai menutup mulut yang menganga, saking terkejutnya. Reana segera merapikan kertas itu, secara acak-acakan, terburu-buru.
"Kiran, emh, sorry!" seru Reana, dan ia segera berlari meninggalkan Kiran.
Kiran, sendirian, berdiri mematung, dan perlahan air mata mulai mengalir di pipinya.
Karena hari ini ada rapat guru, maka seluruh murid pun bisa pulang lebih awal. Jelas saja, keputusan itu disambut gembira oleh murid-murid SMA Pratama. Termasuk di kelas Reana, XII IPA 3.
"Gila, wihiii. Gue demen nih, kalo guru-guru sering rapat. Rasanya udah lamaaaaa banget gue nggak pulang cepet kayak gini. Mana besok Jumat lagi. Pelajaran leha-leha semua!" cerocos Elis panjang lebar, nggak beda jauh sama anak-anak lain. Kelas jadi begitu ramai. Setiap anak langsung pada planning buat acara nanti malem. Melihat Reana yang tidak antusias, Elis jadi penasaran. "Wei, kesambet apaan lo? Diem doang!" Elis teriak sambil mencolek badan Reana. Dan Reana pun terkejut, hingga hampir jatuh dari kursinya.
"Ish, apa-apaan sih, lo?" serunya judes. Elis bukannya merasa bersalah, malah ketawa cekikikan. "Hihihi, neng, pagi-pagi udah naik darah aja. Eh, gue boleh main ke rumah lo, ngga? Bosyen niiich," seru Elis, sok ngalay. Reana yang tadinya cemberut pun langsung meringis geli. "Hehe, iya boleh boleh. Di rumah cuma ada mama. Paling nanti kita masak rame-rame. Eh, tapi kayaknya, gue balik sama Angga. Lo gimana?" tanya Reana, sambil membereskan buku. Elis langsung nyengir kuda. "Oh, jadi ini toh yang namanya masak bersama istri dan mertua," ujarnya kencang, bahkan teman-teman di sekitar Reana langsung ikutan nengok. Reana pun menjitak kepala Elis, dan Elis nyengir kuda lagi karena kesakitan. "Sial, gak kurang kenceng lo. Ya entar paling makan siang bareng. Biasanya juga gitu. Udah, ikut sini," seru Reana, seraya ia berdiri hendak menuju kelas Angga, di IPA 4.
Sesampainya di kelas, mata Reana langsung mencari-cari Angga. Yang dicari pun langsung nyamperin. "Eh Re, jadi pulang bareng kan?" tanyanya. Reana tersenyum. "Jadi, tapi kita ketambahan tamu. Nih si badak!" ujar Reana. Angga pun tertawa. "Sip, sip. Udah lama gue gak masak bareng nyokap lo. Eh, tapi kita naik motor bertiga? Wah kempes motor gue!" seru Angga. Elis tertawa. "Nggak lah, gue bawa mobil kok. Gue kan nggak mau ganggu lo bertiga, hehehe," Elis bicara sambil cengengesan. Tiba-tiba, baik Angga maupun Reana jadi salah tingkah. Elis makin hot ngecenginnya. Akhirnya, mereka bertiga pun berjalan keluar dari sekolah.
Baru sampai di koridor dasar, Reana teringat akan sesuatu. "AMPLOP!" teriaknya keras. "Eh, eh, kenapa Re?" tanya Angga. "Aduh, aduh, ini ada yang kelupaan!" ujar Reana panik. "Apaan Re?" tanya Elis. "Itu, kotak pensil gue. Duit gue disitu semua. Bentar yups!" serunya sambil berlari ke kelas. Angga dan Elis pun melongo ditinggal pergi begitu aja.
Sesampainya di kelas, Reana langsung buru-buru menuju kursi tempat duduknya. Begitu ia melihat kotak pensilnya masih utuh beserta isinya, ia menarik napas lega. "Aduh, ampe ilang berabe nih," ujarnya. Begitu ia membalik badan, tanpa sengaja ia menjatuhkan map. Dan isi map itu pun bertebaran di lantai.
"Aduh, ini mapnya kenapa di pinggir pula," gerutu Reana. Ia pun memungut dan melihat guratan pada kertas itu.
Reana terkejut. Ia menarik napas.
Wajah pada kertas itu, garis dan air mukanya, ANGGA!
Reana terkejut, namun ia segera menenangkan dirinya.
"Eh, astaga! Ini kan...siapa yang punya map ini?" tanyanya dalam hati. Ia membalik map itu, dan ditemukanlah nama pemilik map Winnie the Pooh itu.
Evelyn Maya Kirana. XI IPA 4.
Ketika ia mendongakkan kepalanya, ia lebih terkejut lagi. Dan si pemilik pun sampai menutup mulut yang menganga, saking terkejutnya. Reana segera merapikan kertas itu, secara acak-acakan, terburu-buru.
"Kiran, emh, sorry!" seru Reana, dan ia segera berlari meninggalkan Kiran.
Kiran, sendirian, berdiri mematung, dan perlahan air mata mulai mengalir di pipinya.
Comments
Post a Comment