Skip to main content

She is a Ghost, She is Falling in Love (8)

Malam minggu pun tiba. Seperti biasa, Angga dan Reana rutin melakukan ritual malam minggu. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh. Mereka selalu makan di Warung Nasi Goreng Mas Cahyo. Suasana malam itu, ramai seperti biasa. Banyak juga mbak-mbak dan mas-mas yang kerja di komplek situ, pacaran di warung. Untungnya, Reana dan Angga nggak terlalu ambil pusing. Menurut mereka, makin merakyat, makin asik! Hahaha.
Tapi suasana malam itu, berbeda dari biasanya. Reana, kembali melamun. Angga pun, jadi ikut terdiam juga.
"Ehm, Re, lo kenapa sih? Lo marah ya sama gue?" tanya Angga memecah keheningan. Reana terkejut dengan perkataan Angga. "Eh, ya ampun! Nggak kok, Angga. Enggak sama sekali. Emang lagi banyak pikiran aja gue. Haha," Reana memaksakan dirinya tertawa. Angga menatap wajah Reana lurus-lurus. "Re, liat muka gue!" perintah Angga. Reana pun memberanikan diri, melihat lekat-lekat orang yang ia sayangi itu. Perlahan, raut wajahnya berubah. Air mata Reana pun untuk kesekian kalinya kembali mengalir.
"Re, Reana! Please, Re. Cerita sama gue, lo kenapa? Ada yang marahin lo? Ada yang benci sama lo?" tanya Angga. Secara refleks, tangannya meraih tangan Reana. "Eng..enggak Angga. Gak ada yang jahat sama gue," ujarnya sambil sesenggukan.
"Tapi kok lo, lo bisa kayak gini? Lo nggak pernah ketawa lagi, Re," ujar Angga lemah.
"Angga, gue...gue nggak tahu, kenapa gue bisa kayak gini. Gue cuma takut," desah Reana.
"Takut apa? Gue kan disini. Elis, Tante Erri, semua ada disini. Lo nggak sendiri".
Reana melepaskan tangannya dari genggaman tangan Angga. Ia mengusap pipinya yang basah.
"Angga, gue tahu lo bakal disini. Tapi gue merasa gue nggak disini. Gue...gue yang bakal...," Reana berteriak dalam hatinya.
"Re, kita pulang yuk. Atau, lo mau ke mana lagi? Gue bakal nganterin lo." ujar Angga. Reana mengangguk. "Bisa anterin gue ke taman kunang-kunang. Yang dulu jadi tempat main kita pas SD. Masih inget kan?" tanyanya. Seberkas senyum terukir di bibir Angga. "Yuk, yuk kesana!" ujarnya semangat. Setelah membayar nasi goreng, mereka pun pergi.
Taman kunang-kunang bukanlah taman yang penuh bunga-bunga. Itu hanyalah sepetak tanah kosong yang lokasinya di belakang komplek tempat mereka tinggal.
"Angga, liat deh! Bagus banget! Kunang-kunang emang bagus ya, indah.." seru Reana. Melihat keriangan Reana kembali, Angga tersenyum, menarik napas lega. "Iya, Re. Bagus, selalu bagus kayak dulu waktu kita sering ke sini. Untung aja tanah di sini belom dijadiin rumah juga," ujar Angga. Reana menangguk dan kembali terpesona oleh kunang-kunang itu.
"Angga, lo nggak bosen apa, main sama gue?" tanyanya. Angga sontak terkejut.
"Maksud lo, apaan?" tanya Angga balik. Ia langsung merapatkan duduknya ke arah Reana. Reana tersenyum. Ia menoleh kepada Angga.
"Angga, gue udah jadi sobat lo, sejak kita SD. Lo nganter-jemput gue. Malem minggu sama gue mulu. Lo nggak bosen?" tanya Reana.
"Nggak tuh. Sama sekali enggak. Denger ya, Re. Gue nggak pernah ngerasa, lo itu kewajiban gue. Gue tulus kok, jadi temen lo. Yaaah, meskipun kadang lo suka kesambet macam kayak tadi, hahaha"
Reana pun ikut tertawa. Tiba-tiba Angga balik bertanya. "Kok lo nanya kayak gitu ke gue? tanya Angga. Reana menarik napasnya. "Angga, gue takut, lo terpaksa musti main sama gue, TIAP SAAT. Kalo lo jenuh atau apa. Lo nggak berniat punya cewek apa?" ujar Reana. Sebenarnya, pertanyaan Reana lebih terkesan menyelidiki, dibanding bertanya biasa. "Enggak, Re. Gue belom kepikiran. Gue sayang kok, Re. Sama lo." ujar Angga. Reana terdiam. Pipinya merona merah.
"Eh liat deh, Angga. Dulu mama gue cerita. Orang yang kita sayang itu, kalau dia udah meninggal, dia bakal jadi salah satu kunang-kunang," jelas Reana. Angga tersenyum. Matanya melihat ke wajah Reana. "Berarti, papa gue ada di sini, Ngga. Ya kan?" tanyanya. Angga mengangguk. "Re, kalau orang yang kita sayang itu meninggal, dia akan hidup di sini. Di hati kita," Angga meletakkan tangannya di dada. Reana tersenyum. "Iya juga, lo bener. Eh, balik yuk!" ajak Reana. Angga pun nurut saja.
Malam itu, mereka berdua pun akhirnya pulang dari taman kunang-kunang. Ketika akan kembali ke komplek, ternyata jalan pintas yang biasa mereka lalui sedang ditutup. Akhirnya, mereka pun harus kembali menelusuri jalan besar, sama seperti jalan yang mereka lalui saat datang.
Karena hari sudah malam, jalanan pun seringkali jadi ajang ngebut tukang angkot. Maka itu, jalanan jadi agak berbahaya. Saat Angga sedang putar balik, sebuah angkot dengan kecepatan tinggi mengarah padanya. Sialnya, si angkot maupun Angga tidak sempat menghindar. "Angga! Angga! Angga! awas...awas..aaaaaa!!!" teriak Reana. "Re.....pegangan Re, pegangan, aaaaa!" Angga pun berteriak.

BAM!!

Tabrakan pun terjadi. Motor Angga menabrak angkot. Angga dan Reana pun sampai terpelanting. Cairan merah dari tubuh keduanya mulai keluar dari kepala.

Saat itu, suasana menjadi senyap, gelap, dan kelam, bagi keduanya...

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...