Skip to main content

She is a Ghost, She is Falling in Love (11)

"Jadi Reana udah nggak ada? Beneran ngga ada? Kenapa lo gak bilang gue, kak? Kenapa??" bentak Angga kepada Sadewa
"Angga, gue juga nggak bermaksud buat nyembunyiin. Gue nunggu lo pulih," ujar Sadewa.
"Angga, tenang, Angga, tenang," ujar Tante Grani.
Angga semakin emosi. "Tenang! Tenang apanya, Ma? Sahabat aku, orang yang paling aku sayang meninggal, Mama bilang TENANG? NGGAK AKAN AKU TENANG, MA!" Angga teriak, mengeluarkan semua emosinya.
Perlahan, ia memegang kepalanya. Segera, Sadewa dan Om Dennis menahan tubuh Angga, dan merebahkannya kembali di tempat tidur.
"Angga, Reana pergi bukan salah kamu. Memang sudah.." ujar Om Dennis.
"Udah waktunya. Iya, aku tau. Tapi tetep aja, kalo waktu itu kita gak pergi, kita make helm. Kalo aja aku yang pergi," ujar Angga pelan. Pandangannya kosong.
Tiba-tiba Tante Grani menangis. "Angga, Angga nggak boleh ngomong gitu. Reana juga udah Mama anggap kayak anak sendiri. Mama juga sedih. Angga jangan nyeselin hidup kayak gitu, Mama...mama nggak mau kehilangan anak lagi," ujar Tante Grani terisak.
Angga terdiam. Perlahan ia pun menangis.
"Pa, Ma, Kak Dewa, aku mau tidur dulu. Mending Papa, Mama, sama Kak Sadewa istirahat aja di kantin bawah. Please, aku butuh waktu sendiri," ujar Angga pelan.
"Angga, istirahat ya. Dan ingat, kami juga sedih karena kehilangan Reana. Tapi kami mohon, jangan terus-menerus menyalahkan diri kamu. Ini sudah takdir yang diatas," ujar Om Dennis. Angga diam.
Mereka bertiga pun pergi meninggalkan Angga sendirian di kamarnya.
Angga berusaha untuk tidur. Pelan-pelan ia memejamkan matanya. Tapi terasa ada yang aneh. Dengan mata setengah terbuka, ia melihat ada sesosok gadis berpakaian putih.
"Re..Rere?" ujarnya perlahan. Bayangan putih itu menggengam tangan Angga yang masih diinfus.
"Angga, like I said before, jangan sedih. Gue selalu ada buat lo. Cepet sembuh ya, cepet balik ke sekolah. Ada seseorang nunggu lo." ujar bayangan itu.
Angga merasa sinting. Ia pikir ia berhalusinasi. Tapi tak ada yang membuatnya lebih tenang, selain kesintingannya untuk berbicara dengan si bayangan.

--

"Elis, gue boleh duduk di sini? Gue biasanya duduk sendiri. Dan kebetulan lo duduk sendiri. Boleh ngga?" tanya Kiran saat istirahat.
Raut muka Elis langsung sebal. "Ish, seenaknya. Mentang-mentang Rere dah nggak ada. Ah tapi daripada sendirian," pikir Elis dalam hati.
"Ya udah gih, duduk aja." ujarnya ketus.
Kiran menarik napas lega, lalu tersenyum. "Makasih banyak ya, Elis," ujarnya.
"Iya, Rere," ujar Elis tanpa sadar.
"Eh, apaan? Tadi lo bilang..." Kiran menyahut. Elis pun langsung kelabakan. Ia bingung sendiri atas apa yang barusan ia katakan. "Eh, maksud gue, elo Kiran. Iye, iye Kiran," ujar Elis.
Kiran pun langsung pergi menuju ke perpustakaan.
Elis melihat kepergian Kiran, dan merenung.
"Sumpah gue nggak bohong. Tadi sepintas gue ngeliat....Reana. Rere! Aduh apaan sih otak gue. Tapi, Kiran sama Rere kan...."  ia berpikir, lalu terdiam lagi.
"Seandainya lo beneran ada disini, Re. Masih disini. Gue kangen sama lo." ujar Elis pelan. Memori akan sahabatnya itu pun berputar di kepalanya. Mendadak kelas terasa hening.

Dan siang itu, si bayangan merangkul Elis. Tersenyum, memberi semangat. Seperti yang biasa ia lakukan semasa hidupnya.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...