Hari kembali berjalan normal. Tapi, tidak bagi sebagian orang. Bagi Angga, Kiran, dan Elis.
--
Menjelang pelajaran terakhir, hawa-hawa malas belajar makin terasa di kelas XII IPA 3. Beberapa siswa ada yang sibuk dengan laptopnya, sibuk dengan gosipnya, bahkan sibuk berpacaran. Begitupun dengan Elis dan Kiran, yang kini menjadi teman sebangku. Mereka sibuk dengan rasa kantuk masing-masing.
"Eh, abis ini pelajaran seni kan? Kita nggak disuruh bawa apa-apa?" tanya Kiran, sambil menguap.
Elis yang setengah tertidur pun mengangguk. "Ehm.. kita disuruh bawa alat musik kayaknya," ujar Elis. Ia pun berdiri lalu meregangkan badannya sejenak, menghilangkan kantuk.
Kiran mendadak panik. "Eh, aduh! Serius lo disuruh bawa. Bukannya masih minggu depan?" tanya Kiran.
"Lah elu, kemane aje, neng? Kan Bu Arum udah nyuruh dari kemaren. Masa lo lupa?" tanya Elis, kembali nyablak.
Kiran menggelengkan kepala. "Yah, kalo nggak bawa kan...." Kiran diam, lalu tertunduk lemas.
Elis yang tahu konsekuensinya pun langsung tertawa terbahak-bahak. "Wuakakaka, lo NYANYI, hahaha. Aduh, yang kuat yak! Dulu Reana juga gitu," ujar Elis.
Kiran langsung menoleh, raut wajahnya agak terkejut. "Eh, iyaya?" tanya Kiran.
Elis tersenyum. "Hahha, masa lo lupa? Dulu kan dia disuruh nyanyi gitu. Itu anak sebenernya punya suara bagus, tapi gara-gara grogi, suaranya jadi sumbang, haha," tawa Elis. Namun terlihat dari raut wajahnya, ia tidak selepas itu tertawa. Pikirannya masih mengawang, kepada sahabatnya itu.
Kiran pun hanya tersenyum. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Tak lama setelah itu, datanglah Bu Arum. Bu Arum adalah salah satu guru favorit di sekolah. Karena, dia paling sering ngerjain murid-muridnya. Baik yang rajin, yang males, yang ganteng, yang populer, yang underdog, semuanya udah kena keisengan Bu Arum.
"Anak-anak, ayo kita ke ruang seni di bawah! Karena kelas XII IPA 4 juga belom ambil nilai, jadi ibu barengin aja sama kalian. Oh ya, pada bawa alat musik kan?" ujar Bu Arum.
"Bawa Bu Ayuuuuuum!" canda anak-anak sekelas.
Bu Arum pun tertawa. "Eh kalian, ibu kan namanya Bu Arum, Arumi Bachsin maksudnya. Nggak liat nih cakepnya sama?"
canda Bu Arum.
"Iya, bu, iyaaaaaaaaaaa," ujar anak-anak lagi.
Bu Arum pun meninggalkan kelas.
--
Ruang seni menjadi agak sumpek. Karena isinya adalah gabungan dua kelas, mau tak mau pun mereka harus agak bersempit-sempitan.
"Wah, mati gue, Elis. Kalo dua kelas gini mah gue bakal malu banget. Elis gimana dong?" Kiran panik. Elis pun cekikikan. "Haha, lumayan, entar lo tenar dikit. Yang kuat yaaaaah," Elis pun tertawa sambil menepuk bahu Kiran.
"Nah anak-anak, hari ini karena alat musiknya macem-macem, saya langsung ambil nilai aja ya! Yang nggak bawa alat musik mana? Tunjuk tangan deh," ujar Bu Arum, sambil duduk di depan.
Kiran menunjuk tangan. Dia pikir dia hanya seorang diri. Ternyata ada 3 orang lagi selain dia. Desta, Galih, dan Angga. Begitu tahu Angga ternyata senasib dengannya, pipinya langsung merah.
"Nah, kalian berempat siapa yang bisa main alat musik?" tanya Bu Arum. Hanya Angga dan Galih yang menunjuk tangan. Bu Arum pun tersenyum.
"Ya udah, kita bikin duet aja gimana? Jadi Galih ngiringin Desta nyanyi. Angga ngiringin Kiran. Nih alat musiknya ibu kasih pinjem cuma-cuma. Gimana anak-anak, setuju kan sama ibu?" ujar Bu Arum dengan nada kompornya yang khas.
Desta dan Kiran langsung sewot. "Yah bu, saya nggak bisa nyanyi bu," ujar Kiran. Desta pun menyahut hal yang sama. Tapi dua orang lawan dua kelas sama aja kayak ngajak berunding pendemo di bundaran HI. "Duet, duet, duet!" ujar anak-anak itu. Mereka berempat pun pasrah.
"Nah, biar seru. Yang pasangan duet tampil terakhir, biar jadi gongnya. Sana gih latihan dulu buat penampilan perdana" ujar Bu Arum cekikikan.
--
"Eh, lo mau lagu apa? Jangan yang susah-susah yak! Gue nggak expert," ujar Angga. Kiran diam sejenak. "Ehm, terserah lo deh, Angga. Gue ngikut aja" ujar Kiran pasrah.Angga mikir. "Eh, lo suka lagu apa? Siapa tau gue bisa ikutin," tanya Angga. Giliran Kiran yang berpikir sejenak.
"Gue suka lagu Begitu Indah. Yang padi itu. Cuma itu yang gue bisa. Tapi suara gue sumbang," ujar Kiran panjang lebar. Tiba-tiba Angga terdiam. Ia ingat kejadian beberapa bulan lalu.
--
"Angga, angga gimana nih gue nggak bisa nyanyi!" ujar Reana. Angga cekikikan. "Re, udah lo nyanyi yang biasa lo nyanyiin di kamar mandi aje!" ujarnya. Reana pun menoyor kepala Angga. "Enak aja, urusan orang mandi dibawa-bawa. Ya udah deh. Gue nyanyi Begitu Indah aja ya, Angga. Itu doang kayaknya yang gue bisa. Howaaa," ujar Reana heboh. Angga pun agak gelagapan. "Yah tapi kuncinya gue nggak lancar," Angga bicara dengan tampang melas. Reana pun tertawa. "Ah sama aja kita, musisi kamar mandi. Gue apal sih kuncinya, tapi nggak bisa mainin. Nih, gue tulis di buku catatan lo yaa! Ahaha", Reana berujar riang. Angga pun tertawa.
--
"Ayo pasangan duet pertama, Desta dan Galih. beri tepuk tangan!" ujar Bu Arum, ngompor lagi.
"Good afternoon everybodeeeeh! Gue dan Galih akan nampilin lagu Yellow dari Coldplay. Selamat menyaksikan yaaa!" ujar Desta yang emang bakat heboh sedari bayi.
Sambil menunggu giliran, Angga dan Kiran pun tegang. "Lo udah bawa catetannya kan?" tanya Kiran. "Udah udah sip, entar lo jangan grogi ya. Eh, nanti yang perkenalan elu apa gue, Ran?" tanya Angga. "Ehm, lo aja deh. Gue malu banget, Ga," Kiran panik. Angga tersenyum. Ia pun menepuk bahu Kiran. "Selow, selow, gue bakal main yang bagus kok, haha".
Akhirnya tibalah giliran Angga dan Kiran. Anak-anak pun makin semangat nonton.
"Ayo, pasangan duet kita yang kedua dan terakhir!" ujar Bu Arum.
Angga dan Kiran pun maju ke depan. Angga membuka perkenalan. "Selamat siang semuanya, Bu Arum dan teman-teman. Gue dan Kiran akan mempersembahkan sebuah lagu, dengan judul "Begitu Indah" dari Padi. Enjoy it, guys!" ujar Angga.
Kiran pun menarik napas. Seiring dengan alunan gitar Angga, suara halusnya pun mulai terdengar.
Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku
Hapuskan semua gelisah
Duhai cintaku duhai pujaanku
Datang padaku dekat di sampingku
Ku ingin hidupku
Selalu dalam peluknya
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia...karena dia...
Begitu indah
Duhai cintaku....pujaan hatiku
Peluk diriku dekap jiwaku
Bawa ragaku...melayang...
Memeluk bintang
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia...karena dia...
Begitu indah
Setelah tampil, teman-teman dan Bu Arum pun langsung bertepuk tangan. Suara Kiran ternyata bagus. Diantara riuh tepuk tangan, ada seorang yang matanya berkaca-kaca.
Elis menghela napas. "Gila, gue makin kangen lo, Re. Lo kayak hadir lagi disini," ujarnya dalam hati.
Dan sesosok bayangan pun tersenyum.
"Kalian semua akan siap, siap untuk hidup tanpa gue" bayangan itu berujar dalam hatinya.
--
(bersambung)
--
Menjelang pelajaran terakhir, hawa-hawa malas belajar makin terasa di kelas XII IPA 3. Beberapa siswa ada yang sibuk dengan laptopnya, sibuk dengan gosipnya, bahkan sibuk berpacaran. Begitupun dengan Elis dan Kiran, yang kini menjadi teman sebangku. Mereka sibuk dengan rasa kantuk masing-masing.
"Eh, abis ini pelajaran seni kan? Kita nggak disuruh bawa apa-apa?" tanya Kiran, sambil menguap.
Elis yang setengah tertidur pun mengangguk. "Ehm.. kita disuruh bawa alat musik kayaknya," ujar Elis. Ia pun berdiri lalu meregangkan badannya sejenak, menghilangkan kantuk.
Kiran mendadak panik. "Eh, aduh! Serius lo disuruh bawa. Bukannya masih minggu depan?" tanya Kiran.
"Lah elu, kemane aje, neng? Kan Bu Arum udah nyuruh dari kemaren. Masa lo lupa?" tanya Elis, kembali nyablak.
Kiran menggelengkan kepala. "Yah, kalo nggak bawa kan...." Kiran diam, lalu tertunduk lemas.
Elis yang tahu konsekuensinya pun langsung tertawa terbahak-bahak. "Wuakakaka, lo NYANYI, hahaha. Aduh, yang kuat yak! Dulu Reana juga gitu," ujar Elis.
Kiran langsung menoleh, raut wajahnya agak terkejut. "Eh, iyaya?" tanya Kiran.
Elis tersenyum. "Hahha, masa lo lupa? Dulu kan dia disuruh nyanyi gitu. Itu anak sebenernya punya suara bagus, tapi gara-gara grogi, suaranya jadi sumbang, haha," tawa Elis. Namun terlihat dari raut wajahnya, ia tidak selepas itu tertawa. Pikirannya masih mengawang, kepada sahabatnya itu.
Kiran pun hanya tersenyum. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Tak lama setelah itu, datanglah Bu Arum. Bu Arum adalah salah satu guru favorit di sekolah. Karena, dia paling sering ngerjain murid-muridnya. Baik yang rajin, yang males, yang ganteng, yang populer, yang underdog, semuanya udah kena keisengan Bu Arum.
"Anak-anak, ayo kita ke ruang seni di bawah! Karena kelas XII IPA 4 juga belom ambil nilai, jadi ibu barengin aja sama kalian. Oh ya, pada bawa alat musik kan?" ujar Bu Arum.
"Bawa Bu Ayuuuuuum!" canda anak-anak sekelas.
Bu Arum pun tertawa. "Eh kalian, ibu kan namanya Bu Arum, Arumi Bachsin maksudnya. Nggak liat nih cakepnya sama?"
canda Bu Arum.
"Iya, bu, iyaaaaaaaaaaa," ujar anak-anak lagi.
Bu Arum pun meninggalkan kelas.
--
Ruang seni menjadi agak sumpek. Karena isinya adalah gabungan dua kelas, mau tak mau pun mereka harus agak bersempit-sempitan.
"Wah, mati gue, Elis. Kalo dua kelas gini mah gue bakal malu banget. Elis gimana dong?" Kiran panik. Elis pun cekikikan. "Haha, lumayan, entar lo tenar dikit. Yang kuat yaaaaah," Elis pun tertawa sambil menepuk bahu Kiran.
"Nah anak-anak, hari ini karena alat musiknya macem-macem, saya langsung ambil nilai aja ya! Yang nggak bawa alat musik mana? Tunjuk tangan deh," ujar Bu Arum, sambil duduk di depan.
Kiran menunjuk tangan. Dia pikir dia hanya seorang diri. Ternyata ada 3 orang lagi selain dia. Desta, Galih, dan Angga. Begitu tahu Angga ternyata senasib dengannya, pipinya langsung merah.
"Nah, kalian berempat siapa yang bisa main alat musik?" tanya Bu Arum. Hanya Angga dan Galih yang menunjuk tangan. Bu Arum pun tersenyum.
"Ya udah, kita bikin duet aja gimana? Jadi Galih ngiringin Desta nyanyi. Angga ngiringin Kiran. Nih alat musiknya ibu kasih pinjem cuma-cuma. Gimana anak-anak, setuju kan sama ibu?" ujar Bu Arum dengan nada kompornya yang khas.
Desta dan Kiran langsung sewot. "Yah bu, saya nggak bisa nyanyi bu," ujar Kiran. Desta pun menyahut hal yang sama. Tapi dua orang lawan dua kelas sama aja kayak ngajak berunding pendemo di bundaran HI. "Duet, duet, duet!" ujar anak-anak itu. Mereka berempat pun pasrah.
"Nah, biar seru. Yang pasangan duet tampil terakhir, biar jadi gongnya. Sana gih latihan dulu buat penampilan perdana" ujar Bu Arum cekikikan.
--
"Eh, lo mau lagu apa? Jangan yang susah-susah yak! Gue nggak expert," ujar Angga. Kiran diam sejenak. "Ehm, terserah lo deh, Angga. Gue ngikut aja" ujar Kiran pasrah.Angga mikir. "Eh, lo suka lagu apa? Siapa tau gue bisa ikutin," tanya Angga. Giliran Kiran yang berpikir sejenak.
"Gue suka lagu Begitu Indah. Yang padi itu. Cuma itu yang gue bisa. Tapi suara gue sumbang," ujar Kiran panjang lebar. Tiba-tiba Angga terdiam. Ia ingat kejadian beberapa bulan lalu.
--
"Angga, angga gimana nih gue nggak bisa nyanyi!" ujar Reana. Angga cekikikan. "Re, udah lo nyanyi yang biasa lo nyanyiin di kamar mandi aje!" ujarnya. Reana pun menoyor kepala Angga. "Enak aja, urusan orang mandi dibawa-bawa. Ya udah deh. Gue nyanyi Begitu Indah aja ya, Angga. Itu doang kayaknya yang gue bisa. Howaaa," ujar Reana heboh. Angga pun agak gelagapan. "Yah tapi kuncinya gue nggak lancar," Angga bicara dengan tampang melas. Reana pun tertawa. "Ah sama aja kita, musisi kamar mandi. Gue apal sih kuncinya, tapi nggak bisa mainin. Nih, gue tulis di buku catatan lo yaa! Ahaha", Reana berujar riang. Angga pun tertawa.
--
"Ayo pasangan duet pertama, Desta dan Galih. beri tepuk tangan!" ujar Bu Arum, ngompor lagi.
"Good afternoon everybodeeeeh! Gue dan Galih akan nampilin lagu Yellow dari Coldplay. Selamat menyaksikan yaaa!" ujar Desta yang emang bakat heboh sedari bayi.
Sambil menunggu giliran, Angga dan Kiran pun tegang. "Lo udah bawa catetannya kan?" tanya Kiran. "Udah udah sip, entar lo jangan grogi ya. Eh, nanti yang perkenalan elu apa gue, Ran?" tanya Angga. "Ehm, lo aja deh. Gue malu banget, Ga," Kiran panik. Angga tersenyum. Ia pun menepuk bahu Kiran. "Selow, selow, gue bakal main yang bagus kok, haha".
Akhirnya tibalah giliran Angga dan Kiran. Anak-anak pun makin semangat nonton.
"Ayo, pasangan duet kita yang kedua dan terakhir!" ujar Bu Arum.
Angga dan Kiran pun maju ke depan. Angga membuka perkenalan. "Selamat siang semuanya, Bu Arum dan teman-teman. Gue dan Kiran akan mempersembahkan sebuah lagu, dengan judul "Begitu Indah" dari Padi. Enjoy it, guys!" ujar Angga.
Kiran pun menarik napas. Seiring dengan alunan gitar Angga, suara halusnya pun mulai terdengar.
Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku
Hapuskan semua gelisah
Duhai cintaku duhai pujaanku
Datang padaku dekat di sampingku
Ku ingin hidupku
Selalu dalam peluknya
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia...karena dia...
Begitu indah
Duhai cintaku....pujaan hatiku
Peluk diriku dekap jiwaku
Bawa ragaku...melayang...
Memeluk bintang
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia...karena dia...
Begitu indah
Setelah tampil, teman-teman dan Bu Arum pun langsung bertepuk tangan. Suara Kiran ternyata bagus. Diantara riuh tepuk tangan, ada seorang yang matanya berkaca-kaca.
Elis menghela napas. "Gila, gue makin kangen lo, Re. Lo kayak hadir lagi disini," ujarnya dalam hati.
Dan sesosok bayangan pun tersenyum.
"Kalian semua akan siap, siap untuk hidup tanpa gue" bayangan itu berujar dalam hatinya.
--
(bersambung)
Comments
Post a Comment