Tulus dengan hitsnya yang berjudul "Jangan Cintai Aku Apa Adanya" sama sekali nggak ada hubungannya sama title dari postingan ini walaupun saya suka banget dengan lagu itu hahaha. (ya oke ini nggak penting)
Yap, selamat sore halo halo semua, kembali saya iseng menulis di blog yang memang (amat sangat) dibaca orang. Niatnya sih kemarin bikin cerita bersambung. Cuma diriku ini sedang tidak ingin (aih). Jadi ya isinya postingan yang tidak (amat sangat) penting, otomatis jadi jarang update juga. Ampun..
Di sore yang cerah jingga berangin, dan saya tengah duduk santai di teras depan, saya mau menuliskan.. unek-unek, atau apa ya, buah pikir belakangan ini. Apa adanya. Ada apa dengan apa adanya? Well, let's start.
Jadi, sebagai anak bungsu, belum kerja, masih kuliah, masih murni belum produktif, saya boleh dibilang dimanjain oleh ibu saya. Kadang, saya pengen sesuatu yang nggak penting, seperti novel atau casing hp pun, ibu saya memperbolehkan. Cuma saya belum pernah tanya sih, saya boleh nyoba pakai narkoba atau nggak (?). Dan saya baru sadar, itu semua karena, hidup saya berkecukupan. Bukan, saya bukan mau sombong. Beneran deh. Cuma orang cakep yang boleh sombong. (I am categorized as nggak cakep-cakep amat). Yaak, kembali ke topik. Jadi buah keringat alm. ayah + ibu + kakak saya lah yang mengantarkan saya ke hidup yang seperti ini. Kendaraan ada, rumah ada, pangan, sandang, semuanya berkecukupan. Bahkan untuk urusan pangan boleh dikata berlebih lah ya, setjara badankoe boelat tak koendjoeng tinggi persis seperti anak kelintji (anak gadjah lebih tepatnja) (sengaja pakai ejaan lama biar pada mikir bacanya hoaha *evil grin*). Tidak lupa, dikaruniai teman-teman yang baik, kerabat yang care dan semuanya.
Maksudnya, jadi ya cukuplah.
Jujur, saya belum sadar -sampai sekarang saya menulis postingan ini- kalau, Tuhan itu sudah kasih semua berkat dan segala kemudahan gitu dalam hidup kami.
Nah tapi, saya kadang membatin gitu, kalau saya melihat ternyata ada banyak -amat banyak- orang yang mungkin hidupnya tidak senyaman saya. Ada yang mungkin, orang tuanya tidak sanggup membelikan buku, tidak sanggup membawa anaknya jalan-jalan, atau bahkan, tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya. Saya sering gitu berpikiran, di saat saya disini makan, ada orang lain yang tidak bisa makan. Di saat saya lagi nonton tv, ada orang lain yang sedang jualan koran panas-panas di pinggir jalan. Di saat saya tidur, mungkin ada gadis lain yang terpaksa ditiduri lelaki hidung belang untuk mendapat uang... Ironis kan.
Setelah saya memikirkan itu, saya jadi makin merasa "duh Gusti, matur suwun atas rahmat yang Kau beri". Karena ada jutaan orang lain yang harus mengejar impian, kehidupan, kelayakan hidup, dengan cara yang sama sekali tidak mudah.
Hal ini yang mendorong saya, untuk belajar selalu bersyukur dan menjalani hidup apa adanya. Bahkan, kalau punya rejeki, saya kini belajar dr alm. ayah saya untuk terus berbagi. Mulai dari menghargai, memberi senyum, dan lainnya.
Saya masih jauh dari baik. Saya masih jauh dari namanya rendah hati. Saya seringkali masih sering kok, dongkol, egois, semuanya masih sering saya lakukan. Tapi khusus di sore ini, saya mencoba untuk membuka mata, hidup ini.. penuh berkat. Dan saya percaya, setiap manusia pasti diberi berkat dalam milyaran versi berbeda dari Tuhan.
Jadi, kalau kamu merasa hidupmu kurang beruntung, ayo berkaca lagi. Hal-hal sederhana, adalah berkat. Dan kebahagiaan, seringkali terselubung oleh hal-hal suram.
Mari jalani hidup apa adanya, banyak bersyukur dan berusaha.
Tuhan memberkati
Comments
Post a Comment