.
."Hidup itu nggak adil"
Pernah nggak sih berpikir seperti ini? Ya, sekali dua kali, pasti kita pernah tercetus suatu ide bahwa, hidup kita itu, rasanya nggak adil untuk dijalani.
Ketika kita melihat, yang kaya makin kaya, yang kurus makin kurus (I envy this, a lot :'), yang cantik makin cantik, yang jelek makin dihina. Dan semakin banyak pikiran itu terlintas, semakin kita mampu untuk menyimpulkan bahwa, hidupku nggak lebih baik daripada orang lain.
But, check this out.
Pernah nggak sih berpikir seperti ini? Ya, sekali dua kali, pasti kita pernah tercetus suatu ide bahwa, hidup kita itu, rasanya nggak adil untuk dijalani.
Ketika kita melihat, yang kaya makin kaya, yang kurus makin kurus (I envy this, a lot :'), yang cantik makin cantik, yang jelek makin dihina. Dan semakin banyak pikiran itu terlintas, semakin kita mampu untuk menyimpulkan bahwa, hidupku nggak lebih baik daripada orang lain.
But, check this out.
.Taken from : https://kelechiochulo.files.wordpress.com/2015/09/img_0962.jpg?w=640
Pada dasarnya, hidup itu adil, adil dengan caranya sendiri. Karena, setiap manusia yang pernah hidup pasti merasakan ketidakadilan. Karena..
Nobody is Perfect,
Kalau mau sempurna, ya Tuhan dong namanya. Nggak, nggak akan bisa kita menyempurnakan diri kita sampai 100%. Pasti ada kurangnya. Cuma ada sebagian orang yang mampu menutupi kekurangannya dengan kelebihannya. Sehingga, everything is looked fine on the outside. Ditambah maraknya social media yang penuh dengan pencitraan. Jalan ke manapun tinggal cekrek, edit, likes ribuan, Jadian sama pacar tinggal cekrek, terus di like. Di comment. And we're just happy as a kid, dapet banyak perhatian.
Percaya deh, nggak semua hidup manusia itu mulus. Pasti ada rintangan, kendala, dan ketidakadilan yang dihadapi. Kalaupun dia merasa hidupnya sudah adil dan bahagia, ya bagus dong. Tandanya, dia mungkin selalu bersyukur. Atau worst casenya, dia nggak peka atau nggak peduli lagi sama alur hidupnya.
Berhenti memandang kalau kamu merasa hidup di titik rendah, Aku juga sering merasakan that-low-points-condition. Mulai dari dikatain gendut, bodoh, nggak cantik, dan sebagainya. Tapi aku menyadari kalau aku punya kemampuan lain, untuk menslamurkan atau mengalihkan orang dari kekurangan aku tadi. Aku berusaha memutar balikkan keadaan. Bukan, bukan menyangkal. Aku sadar apa aja kekurangan aku, dan dari situ aku belajar tentang apa ya, yang bisa aku lakukan biar orang nggak terfokus sama apa kekuranganku? sama ketidakadilan yang aku jalani ini? Manusia itu, akan fokus pada hal-hal yang nggak biasa. Jadi, buat dirimu jadi sesuatu yang luar biasa. Buat supaya orang melihat apa talenta kita, apa kelebihan kita, apa aja sih yang bisa kita lakukan dengan kemampuan yang kita punya.
Dengan begitu, akan ada banyak jalan untuk melihat hidup ke arah yang lebih positif dan bahagia. Selain itu juga, kita bisa dengan bangganya mengatakan Life is Fair. Life is fair because I know kalau aku tidak sempurna, tapi aku dikasih jalan sama Tuhan untuk merasakan kebahagiaan lewat caraku sendiri.
Tapi, ada lagi yang perlu diingat. Kita hidup, seperti roda. Kadang kita di low point yang aku bilang tadi, kadang kita yang jadi di puncak. Dan saat kita di puncak, sering gak sih pengen nyombong atau mengatakan hal-hal yang tidak sepatutnya diutarakan, yang menyinggung, yang merasa ingin hebat sendiri. Nah, jadilah orang yang baik. Kalau nggak mau dihina, ya jangan dihina. Kalau emang suka ngehina, ya siap-siap akan dihina orang banyak. Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Semakin baik kita hidup, akan semakin memberikan panen yang baik juga. Dan apakah itu buat kita sendiri? Nggak, tapi buat banyak orang di sekitar kita. Kalau menurut aku, apa yang mau aku sampaikan ini bukan berarti kita harus seperti orang suci karena pasti sulit kalau belum siap mental. Tapi, just life through it, Jalanin aja hidup kamu. Cuma, kalau kita berlaku nggak baik, maka siap juga untuk menerima konsekuensinya.
Intinya nikmatin aja hidup yang ada. Kesialan, keberuntungan, sudah diterima saja dinikmati.
Apalah kita ini kalau banyak menuntut dan mau enaknya sendiri? Manusia, makhluk sosial kan?
.
.
.
Stella.
(ditulis di kantor kelurahan saat lagi suwun jaga piket dan belum ada ide buat menggarap program monodisiplin).
Pada dasarnya, hidup itu adil, adil dengan caranya sendiri. Karena, setiap manusia yang pernah hidup pasti merasakan ketidakadilan. Karena..
Nobody is Perfect,
Kalau mau sempurna, ya Tuhan dong namanya. Nggak, nggak akan bisa kita menyempurnakan diri kita sampai 100%. Pasti ada kurangnya. Cuma ada sebagian orang yang mampu menutupi kekurangannya dengan kelebihannya. Sehingga, everything is looked fine on the outside. Ditambah maraknya social media yang penuh dengan pencitraan. Jalan ke manapun tinggal cekrek, edit, likes ribuan, Jadian sama pacar tinggal cekrek, terus di like. Di comment. And we're just happy as a kid, dapet banyak perhatian.
Percaya deh, nggak semua hidup manusia itu mulus. Pasti ada rintangan, kendala, dan ketidakadilan yang dihadapi. Kalaupun dia merasa hidupnya sudah adil dan bahagia, ya bagus dong. Tandanya, dia mungkin selalu bersyukur. Atau worst casenya, dia nggak peka atau nggak peduli lagi sama alur hidupnya.
Berhenti memandang kalau kamu merasa hidup di titik rendah, Aku juga sering merasakan that-low-points-condition. Mulai dari dikatain gendut, bodoh, nggak cantik, dan sebagainya. Tapi aku menyadari kalau aku punya kemampuan lain, untuk menslamurkan atau mengalihkan orang dari kekurangan aku tadi. Aku berusaha memutar balikkan keadaan. Bukan, bukan menyangkal. Aku sadar apa aja kekurangan aku, dan dari situ aku belajar tentang apa ya, yang bisa aku lakukan biar orang nggak terfokus sama apa kekuranganku? sama ketidakadilan yang aku jalani ini? Manusia itu, akan fokus pada hal-hal yang nggak biasa. Jadi, buat dirimu jadi sesuatu yang luar biasa. Buat supaya orang melihat apa talenta kita, apa kelebihan kita, apa aja sih yang bisa kita lakukan dengan kemampuan yang kita punya.
Dengan begitu, akan ada banyak jalan untuk melihat hidup ke arah yang lebih positif dan bahagia. Selain itu juga, kita bisa dengan bangganya mengatakan Life is Fair. Life is fair because I know kalau aku tidak sempurna, tapi aku dikasih jalan sama Tuhan untuk merasakan kebahagiaan lewat caraku sendiri.
Tapi, ada lagi yang perlu diingat. Kita hidup, seperti roda. Kadang kita di low point yang aku bilang tadi, kadang kita yang jadi di puncak. Dan saat kita di puncak, sering gak sih pengen nyombong atau mengatakan hal-hal yang tidak sepatutnya diutarakan, yang menyinggung, yang merasa ingin hebat sendiri. Nah, jadilah orang yang baik. Kalau nggak mau dihina, ya jangan dihina. Kalau emang suka ngehina, ya siap-siap akan dihina orang banyak. Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Semakin baik kita hidup, akan semakin memberikan panen yang baik juga. Dan apakah itu buat kita sendiri? Nggak, tapi buat banyak orang di sekitar kita. Kalau menurut aku, apa yang mau aku sampaikan ini bukan berarti kita harus seperti orang suci karena pasti sulit kalau belum siap mental. Tapi, just life through it, Jalanin aja hidup kamu. Cuma, kalau kita berlaku nggak baik, maka siap juga untuk menerima konsekuensinya.
Intinya nikmatin aja hidup yang ada. Kesialan, keberuntungan, sudah diterima saja dinikmati.
Apalah kita ini kalau banyak menuntut dan mau enaknya sendiri? Manusia, makhluk sosial kan?
.
.
.
Stella.
(ditulis di kantor kelurahan saat lagi suwun jaga piket dan belum ada ide buat menggarap program monodisiplin).

Comments
Post a Comment