EPada hakikatnya, manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
Secara fisik, pertumbuhan akan berhenti di titik tertentu akibat proses biologis dalam tubuh yang memang diatur sedemikian rupa.
Dalam kalender hidup, kelak perkembangan pun akan berhenti atau senantiasa menurun ketika kita masuk ke kelompok geriatri.
Dan sekarang, aku ada di tahap itu. Tahap di mana, perkembangan adalah kuncinya, dan menjadi dewasa..adalah suatu tahap yang harus dijalani.
Ketika berusia 10-12 tahun, menjadi dewasa tampaknya seru dan hal yang paling ditakuti adalah tidak naik kelas.
Ketika remaja, menjadi dewasa berarti mengukir cita-cita. Mulai dari berpikir kira-kira mau jadi apa. Tapi, ya hanya sebatas cita-cita, belum memikirkan prospek kedepannya.
Ketika SMA akhir, tujuanku hanya satu. Bisa menjadi dokter. Aku nggak takut sedikitpun menghadapi dunia kedokteran yang seems impossible untuk aku jalani, karena nggak tahu basis untuk menjadi seorang dokter itu apa.
Sekarang, aku di titik menjadi seorang mahasiswa semester akhir, calon dek koas.
Dan yang kuhadapi bukan hanya masalah nilai, tapi bagaimana aku menjadi dewasa dalam menghadapi tiap tikungan dan jendalan dalam hidup aku ini. Dan yang paling parah : aku takut menjadi dewasa.
Kenapa?
Aku baru sadar, menjadi dewasa berarti titik di mana kita harus mampu mengambil suatu keputusan, dan mempertanggungjawabkannya. (Kalau kalian di usia seperti aku ini, pasti kerasa lah ya..). Kalau kamu sudah kuliah dokter, ya tanggung jawab dong jadi dokter yang handal. Kalau kamu kuliah teknik, hukum, ekonomi, dll., ya pertanggungjawabkan semuanya lah ya. Karena, kita bekerja bukan untuk uang semata, tapi pasti kesejahteraan orang lain juga.
Menjadi dewasa, harus lebih buka mata..
Mata diri, mata hati, mata jiwa. Kita menjadi manusia yang peka, legowo, mudah memaafkan, memandang dari berbagai perspektif untuk mengambil suatu keputusan. 
Menjadi dewasa, harus selalu siap menghadapi perpisahan, dan persiapkan untuk bertemu dengan kelompok baru lagi. For this, I am not an expert.
Jadi dewasa, juga harus memanage emosinya. Sulit, jujur sulit. Entah berapa kali aku nangis hanya karena KKN berakhir. Tapi, memang manis kehidupannya, tapi masih ada tanggung jawab lain yang harus dikerjakan.
Menjadi dewasa...sulit.
Jujur, sudah berapa mimpi yang kupangkas agar aku yakin dengan pilihanku. Aku kadang berharap pada Tuhan untuk tertidur dan kembali di usia belia lagi. Tapi, jelas tidak mungkin.
Kadang ingin rasanya menjadi bocah lagi, karena menjadi dewasa, berat di hati..
Tapi apakah bisa kita lari dari proses ini?
Bisa!
Pepatah mengatakan, "Menjadi Tua adalah pasti. Namun dewasa adalah pilihan."
Boleh kok kita lari dari kenyataan yang ada. Tapi, apakah lari menyelesaikan semua?
Tentunya tidak.
Tapi kadang, ingin rasanya kabur sebentar. Diam sebentar. Seolah tidak memperdulikan dimensi waktu dan dinamika perubahannya.
Aku, yang ingin berhenti dewasa.....
Comments
Post a Comment