Skip to main content

Midnight Junk Food Story

Halo, ini adalah postingan yang harusnya dipos tanggal 28 April lalu. Tapi karena satu dan lain hal, saya baru bisa ngepost sekarang.

Welcome May!

Selamat datang di Bulan Mei. Huft, nggak kerasa tahun 2018 ini sudah sampai di bulan kelima. Rasanya kayak ngglinding aja. Benar kata orang, kalau sibuk, tahun jadi serasa bulan, bulan terasa hari, hari terasa jam, dan jam terasa menit.

Oh ya, kembali ke judul. Kenapa judulnya Midnight Junk Food Story? Apakah saya mau bagi-bagi resep ayam siap saji? Atau apakah saya akan membagikan voucher makan di restoran siap saji di tengah malam? Oh jelas tidak mungkin. Kantong saya paceklik. Tapi kalau nggak paceklik pun nggak akan saya bagi-bagi voucher. (skip. jayus memuncak)

Jadi ceritanya, alkisah di tanggal 28 April, hari setelah Osce Bedah. Akhirnya semua stase mayor terlewati. Bisa napas huh hah huh hah dengan lega (kok kayak abis makan rawit ya huh hah). Seneng, tapi juga sedih sebenernya. Mengingat koas tinggal berapa bulan lagi. Saya akan sangat-sangat merindukan masa-masa bisa main sama coassmate saya :"(.

Ih ngelantur terus, huft. Jadi, suatu malem kan saya suwung ceritanya. Sebenernya nggak suwung sama sekali. Saya masih punya seabrek tugas yang baru kelar hari ini! Tapi saya pengen keluar bawaannya. Karena kesuwungan di kost menurut saya agak haram dan baiknya dihabiskan bersosialisasi dengan sohib-sohib andalan untuk bertukar cerita baru (bahasa kasarnya : nggosip. yea, biasalah anak muda). Jadi, saya memutuskan untuk nemenin Hanif operan di antarakata sama kloter bedah senior berikutnya. Saya juga harus menitipkan sejumlah berkas untuk diberikan ke RSUD Batang, kemarin-kemarin belum sempat.

Nah, untungnyaaa ada arin juga ikut operan. FYI, Hanif itu teman koas saya, teman satu geng juga (hayo, geng apa hayo). Arin, mantan teman kosan saya, sohib juga, satu geng juga (geng apa ya, ups). Tenang guys, ini mah geng-gengan aja. Bukan geng seperti di pikiran kalian. Bukan.

Kombinasi yang asik, ketemu Hanif dan Arin, yang membuat saya berpikir kayaknya obrolan harus dilanjutkan. Karena di antarakata sepertinya tidak memungkinkan (Itu lho, kopi kita udah pada habis, jadi udah disingkirin. Alhasil meja kosong. Sedangkan untuk mesen lagi, duit ini cekak sodara-sodara. Ga shanggup. Mending angkat kaki). Kami memutuskan untuk ke sebuah restoran siap saji di jalan Pandanaran. Saya ngegojek et causa masih jetlag dari batang, masih kagok nggak bawa motor sebulan (padahal mana ada ngaruhnya), Arin dibonceng Hanif. Kebayang kalau saya yang dibonceng Hanif, nanti motornya ngejungkang.

Karena memang saya lapar, akhirnya saya pesen makanan agak berat. Hanif juga pesen nasi. Cuma Arin aja pesen burger, karena dia sudah makan. Lalu duduklah kami bertiga.

Makannya nggak seberapa lama, tapi begitu udah pada suapan terakhir (kecuali Arin yang burgernya nggak habis-habis), kita udah mulai ngobrolin ini-itu. Mulai dari Arin yang menceritakan pengalaman bedah junior, dan lucky her dapet stase di batang juga, jadinya kita bisa saling cerita. Dengan semangat 45 dong menceritakan euforia (dan petaka wkwk) di Stase Batang. Pokoknya membesarkan hati Arin bahwa di Batang itu enak. (Jadi kami yang anak-anak Batang seperti kampanye #stasebatangyahud)

Lalu cerita..cerita..dan cerita.. Awalnya saya agak lupa cerita tentang apa. Arin akhirnya cerita tentang *************** (rahasia ya). Dan saya inget, ini kalau nggak salah cerita zaman dulu di kosan. Terus sesekali saya memutar nostalgia sewaktu jadi teman kosan dulu. Saya ngelindur, atau kalau Arin jadi temen begadang paling setia, pokoknya kita ceritakan dan haha hihi aja kalau inget.

Terus cerita juga, tentang gimana kita kedepannya. Tentang cinta, nikah, dan lain-lain. Saya bersyukur ketemu mereka malem itu. Wawasan saya tentang love life yang saya pikir simpel itu ternyata memang rumit. Tentang kita kedepannya mau gimana, usia segini mau apa. Tapi yang pasti, saya suka prinsip mereka berdua.

"Jalani hidup aja, karena perjalanan hidup masih panjang, dan pengen ngejalanin itu dengan sebaik dan seasik mungkin."
Yaaa, kalimatnya itu saya buat sendiri. Tapi, kurang lebih gitu.

Iya juga ya, hidup tuh masih panjang. Dan kita masih muda. Masih banyak yang mau kita raih, kita lakukan.

Nah ini jadi salah satu topik sih. Sebenernya agak galau juga sih. Karena, ngelihat kiri kanan semua hampir pada nikah semua. Sementara, saya pacaran aja masih belum paham. Lalu lewat pembicaraan sama Arin dan Hanif saya melihat dari sisi cowok, sisi cewek. Ya intinya, selow aja.

Karena timeline kita beda sama orang lain. ehehehe.

Beneran lho, ngobrol ngalor-ngidul. Saya sempet ketiduran dikit. Dan nggak kerasa pukul 3.30 atau 4 pagi, kita baru pada pulang..

Udah sih gitu aja.

Tapi, intinya yang mau saya bilang lewat post ini....

Kadang guys, kita emang perlu sobat-sobat di sekitar kita buat tuker pengalaman. Kita hidup, nggak bisa dari perspektif kita sendiri. Apa yang menurut kita benar belum tentu itu benar dan sebaliknya. Jadi saya melihat malam itu, ngelihat gimana hanif, arin, dan mungkin teman-teman lain yang kami bawa dalam percakapan malam itu. Cinta, studi, perjalanan hidup, baiknya dijalani ngalir. Rencana boleh, tapi tetap biarkan semua mengalir.

hoahahha. Udah ya, kok rasanya unfaedah. Tapi nggapapa. intinya ya kayak gitu. saya galau terakhirnya wkwk.

(Ditulis pukul 03.10 habis masak-masak di kost. Mau berhemat)

- s

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...