Skip to main content

Intermezzo #11 : Found Serenity in Isolation

(source : twitter, ofc)


"Nggak papa, mungkin ini lo diisolasi supaya bisa makin kenal diri lo sendiri"

What an interesting thought at first when I knew that I had to be isolated since I got the COVID-19. Pas tahu positif dan harus diisolasi, serius yang kupikirin adalah orang rumah, jadwal jaga, dan harus ngapain aja selama isolasi ini. Tapi belum kepikiran untuk mikirin momen isolasi ini untuk mengenal diri sendiri, sampai salah seorang teman mengucapkan hal tersebut.

Hari pertama, minggu pertama, rasanya masih ramai. Ramai menyelesaikan urusan perswaban, masih zoom-soom dengan teman-teman terdekat, masih di lantai 5 rumah sakit sama nakes lain yang positif.

Tapi minggu kedua dan seterusnya, kebanyakan aku habiskan waktu harian ya dengan diriku sendiri. Sebelum akhirnya mulai sedikit demi sedikit terbuka sama orang lain di luar inner circle aku kalau aku sakit. But I really enjoyed it. Menikmati kesendirian itu, seolah hidup dalam ruangan yang sama, kegiatan repetitif, di saat kadang aku jenuh juga, tapi aku menikmati aja sih.

And I just trying to figure out myself.  Sering aja kadang monolog sendiri, mungkin agak edan juga, tapi kayak aku ngelihat diriku sebagai seorang Stella dari sisiku sendiri. Bukan dari sisi orang lain. Aku nikmatin masa-masa ngedengerin Spotify, cari lagu-lagu baru dengan genre baru, dengan bahasa baru yang enggak aku kenal, dan melihat orang lain di luar sana berputar dalam keseharian mereka.

I found serenity in my own isolation. Aku nangis, ya nangis aja. Ketawa, ya ketawa aja. Nggak seperti di dunia nyata, harus memikirkan orang lain, harus menghabiskan energi untuk orang lain. Dua bulan isolasi ini, aku gunakan untuk diriku sepenuhnya. Mungkin itu juga yang sering bikin aku lelah, atau sakit. Too much thinking. Thinking the other, thinking what they're feeling or how it feels to be them.

Makanya pas masuk, ketika muncul masalah satu per satu (di sisi lain, aku juga membuat suatu pertahanan mental bahwa seiring kita dewasa pun masalah akan selalu muncul satu demi satu, dan demikian juga dengan solusinya, ya kan? human grows, human learns), agak melelahkan buat aku. Di saat sudah lama enggak interaksi sama orang banyak dan sekarang sudah mulai menjalani masa-masa rutinitas dan sibuk, hmm, rasanya agak lelah juga sih ya.

But I learn a lot from my dearest pals around me, my inner circle nowadays, my family, and all those fvckin' problems around. Gimanapun, tetap butuh orang lain untuk belajar, soalnya hidup kan nggak soliter layaknya uniseluler, yakan?

Sendirian itu kadang nyaman, kadang menyesakkan, dan kadang dibutuhkan. Kadang orang lain bikin kita lelah, penat, dan di sisi lainnya, orang lain dan dunia ini sepenuhnya adalah tempat belajar, sampai kita menghela napas yang terakhir, sampai saatnya kita yang pergi...


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...