Skip to main content

Intermezzo #7 : MBTI Test : Dinamika Kepribadian untuk Lucu-lucuan atau Jalani Kenyataan

Lagi-lagi sudah seabad tidak menulis, padahal kalau niat, banyak sekali kejadian yang mau diceritakan. Mulai dari  awal tahun pindah dari Isip Puskesmas jadi Isip IGD (and how that bothers me so much) sampai harus konsultasi pribadi ke teman yang psikolog ._.), kemudian tetiba DBD untuk pertama kalinya, tetiba Covid-19, tetiba Positif Covid, dan tetiba-tetiba lainnya.


Btw, skip dulu. Hari ini saya/aku (lebih enak pakai apa sih, masih galau) mau membahas sedikit rasanya mengulik MBTI test bersama teman-teman saya. Gimana ya, rasanya kayak lucu aja gitu, dari 200an soal, seolah kepribadian kita terungkap, dan terbaca segala strength (kekuatan), weakness (kelemahan), dan lain-lainnya.

MBTI TEST
(Myers-Briggs Type Indicator)


MBTI Test ini pasti bukan merupakan hal yang asing buat teman-teman. Itu lho, kayak tes kepribadian gitu-gitu. Buat yang suwung (nggak ada kerjaan), seperti saya ini haha, pasti suka dong ya ikutin tes-tes seperti ini.

Mungkin alasannya adalah, karena kuis-kuis seperti ini ditujukan secara personal untuk diri kita sendiri, mungkin menjadi pencerahan untuk mengenal diri kita lebih dalam. Mungkin lho ya..


Karena, faktanya (yang saya ambil dari Wikipedia karena poin tulisan saya kali ini tidak membahas secara teoritis, gimana MBTI terbentuk. Pusing nggak sih?) :


The Myers–Briggs Type Indicator (MBTI) is a pseudoscientific introspective self-report questionnaire indicating differing psychological preferences in how people perceive the world and make decisions

Jadi, basically si MBTI ini semacam kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang arahnya sebenarnya introspeksi diri, diisi sejujurnya, tapi ingat dia bukan scientifically tapi pseudo scientifically. Pseudoscientific kebanyakan berisi kepercayaan, statement, praktik yang diklaim secara saintifik dan faktual tapi tetap nggak bisa dibandingkan dengan metode saintifik asli.
Gitu guys, jadi yang metode saintifik aja kadang bisa salah, jadi akurasinya, yha bisa dibayangkan sendiri ya gengs. Boleh anda anggap sebagai suatu seru-seruan belaka.


Dari kuesioner inilah, kenapa kamu bisa lihat orang nulis “INFP-T” atau “true ENTJ” dan sebagainya. Ngga aku jelasin di sini dulu ya, karena belum belajar masing-masing kepribadian itu kayak apa.

Dari ngebahas metode kuesioner ini, aku jadi lebih tersadar ternyata kepribadian manusia di sekitar kita itu sangat bervariasi, dan entah kenapa aku yakin, mungkin kalau digali lebih dalam variasi kita bisa lebih besar lagi, lebih unik lagi, dan pasti nggak sama persis denga tulisan yang dipaparin (ya bayangin aja misalnya aku ngeliat INFP yang satu dengan yang lain aja bisa beda banget).

Yang seru dari kuis-kuis semacam ini, selain dari reaksi orang per orang mulai dari yang antusias banget kayak “Tuh kan, gilaa ini hasilnya gue banget!” sampai “oh, yaudah” adalah gimana orang lain mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Aku iseng pernah tanya temenku kayak gini :

S (stella) : “Eh, menurut kamu, kalau kamu tahu personality kamu **** terus gimana kelanjutannya?
TS (temen stella) : “Oh, aku sih aku pakai untuk tahu strength sama weakness aku. Jadi aku tahu, oh ternyata aku itu kekuatannya kayak gini, oh kelemahan aku kayak gini. Nah gimana caranya dalam real life, aku berupaya memperbaiki diri dari kelebihan dan kelemahan yang aku punya. Kalau kamu, Stel?”

Iya, kalau kamu sendiri gimana, Stel?

Jujur, kalau MBTI ini justru menjadi kesempatan aku mengenal teman-teman aku lebih dalam. Oke, aku mempelajari yang aku dapat, yakni INFP, tapi aku jadi memikirkan hasil teman-teman aku ini. Paham nggak?

Jadi lucu aja, aku belajar apa yang mereka suka atau enggak suka. Kebiasaan mereka, kemampuan mereka berinteraksi, dan menurut aku mungkin itu tujuan kuis ini selain mengenal diri sendiri.

Yakni, ketika kita tahu hasil orang lain, mungkin kita akan mencoba menghargai preferensinya dalam hidup.

Kayak misalnya, “kenapa sih dia bawel banget?” oh, karena kita tahu itu adalah caranya untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Sama ketika, “Kenapa sih dia nggak mau jalan-jalan atau main sama kita?”, well itu karena menjadi tertutup adalah pilihannya, dan dia nyaman dalam kesendiriannya.

Atau, pernah ada kejadian kayak gini :
A : “Eh, si C kenapa sih hari ini, diem banget”

B : “Udah, biarin aja, dia lagi banyak masalah, Entar juga cerita atau balik lagi”

Nah, lewat MBTI test ini, aku jadi belajar untuk menghargai diriku sendiri, plus belajar juga gimana orang berinteraksi. Ketika diberikan kondisi stress yang sama, diberikan suatu posisi menguntungkan yang sama, masih takjub aja ternyata reaksinya bisa beda-beda.
Terus apakah dari kita ada yang salah?
As long mereka berperilaku baik, dan kita mau memahami dia, kurasa nggak ada yang salah. Yang salah adalah ketika emang niatnya jahat aja, misal nggak mau temenan karena si X gak punya duit, si Y gak populer, si Z mukanya jelek (anjir jahat banget) atau niatnya nyelakain temen kita sendiri.

Intinya adalah, nggak semua orang berpikiran sama kayak kita. Sependapat bisa, tapi kalau ditarik benang merahnya, mungkin karena pengaruh kepribadian dan faktor lingkungan, alasan kenapa kita sependapat itu bisa beda. Dan apa yang kita lakukan, bisa aja dipandang jauh berbeda. Misal mau berbuat baik, dikira ikut campur. Sinetron banget kan? Tapi enggak, kenyataannya pun bisa kayak gitu. Jadi, belajar ngamatin orang menurut saya adalah sesuatu yang kompleks, dan menarik banget karena bisa sekontras itu perbedaannya, sekontras itu reaksinya, dan dari situlah kita melengkapi, bisa saling memahami, atau kalau mau lawan balik, kita tahu apa yang harus kita lakukan.

Every personality is unique. Every person is borderless

Jadi, tertarik untuk mengerjakan MBTI test?


-S, an INFP

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...