Lagi-lagi sudah
seabad tidak menulis, padahal kalau niat, banyak sekali kejadian yang mau
diceritakan. Mulai dari  awal tahun pindah dari Isip Puskesmas jadi Isip
IGD (and how that bothers me so much) sampai harus konsultasi
pribadi ke teman yang psikolog ._.), kemudian tetiba DBD untuk pertama kalinya,
tetiba Covid-19, tetiba Positif Covid, dan tetiba-tetiba lainnya.
Btw, skip dulu.
Hari ini saya/aku (lebih enak pakai apa sih, masih galau) mau membahas sedikit
rasanya mengulik MBTI test bersama teman-teman saya. Gimana ya, rasanya kayak
lucu aja gitu, dari 200an soal, seolah kepribadian kita terungkap, dan terbaca
segala strength (kekuatan), weakness (kelemahan), dan lain-lainnya.
MBTI TEST
(Myers-Briggs
Type Indicator)
MBTI Test ini pasti bukan merupakan hal yang
asing buat teman-teman. Itu lho, kayak tes kepribadian gitu-gitu. Buat yang suwung (nggak ada kerjaan), seperti saya
ini haha, pasti suka dong ya ikutin tes-tes seperti ini.
Mungkin alasannya adalah, karena kuis-kuis
seperti ini ditujukan secara personal untuk diri kita sendiri, mungkin menjadi
pencerahan untuk mengenal diri kita lebih dalam. Mungkin lho ya..
Karena, faktanya (yang saya ambil dari Wikipedia
karena poin tulisan saya kali ini tidak membahas secara teoritis, gimana MBTI
terbentuk. Pusing nggak sih?) :
The Myers–Briggs Type Indicator (MBTI) is a pseudoscientific introspective self-report questionnaire indicating differing psychological preferences in how people perceive the world and make decisions
Jadi, basically si MBTI ini semacam kuesioner berisi sejumlah pertanyaan
yang arahnya sebenarnya introspeksi diri, diisi sejujurnya, tapi ingat dia
bukan scientifically tapi pseudo scientifically. Pseudoscientific kebanyakan berisi
kepercayaan, statement, praktik yang diklaim secara saintifik dan faktual tapi
tetap nggak bisa dibandingkan dengan metode saintifik asli.
Gitu guys, jadi yang metode saintifik
aja kadang bisa salah, jadi akurasinya, yha bisa dibayangkan sendiri ya gengs.
Boleh anda anggap sebagai suatu seru-seruan belaka.
Dari kuesioner inilah, kenapa kamu bisa
lihat orang nulis “INFP-T” atau “true ENTJ” dan sebagainya. Ngga aku jelasin di
sini dulu ya, karena belum belajar masing-masing kepribadian itu kayak apa.
Dari ngebahas metode kuesioner ini, aku
jadi lebih tersadar ternyata kepribadian manusia di sekitar kita itu sangat
bervariasi, dan entah kenapa aku yakin, mungkin kalau digali lebih dalam
variasi kita bisa lebih besar lagi, lebih unik lagi, dan pasti nggak sama
persis denga tulisan yang dipaparin (ya bayangin aja misalnya aku ngeliat INFP
yang satu dengan yang lain aja bisa beda banget).
Yang seru dari kuis-kuis semacam ini,
selain dari reaksi orang per orang mulai dari yang antusias banget kayak “Tuh
kan, gilaa ini hasilnya gue banget!” sampai “oh, yaudah” adalah gimana orang lain
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 
Aku iseng pernah tanya temenku kayak
gini :
S (stella) : “Eh, menurut kamu, kalau
kamu tahu personality kamu **** terus gimana kelanjutannya?
TS (temen stella) : “Oh, aku sih aku pakai untuk tahu strength sama weakness aku. Jadi aku tahu, oh ternyata aku itu kekuatannya kayak gini, oh kelemahan aku kayak gini. Nah gimana caranya dalam real life, aku berupaya memperbaiki diri dari kelebihan dan kelemahan yang aku punya. Kalau kamu, Stel?”
TS (temen stella) : “Oh, aku sih aku pakai untuk tahu strength sama weakness aku. Jadi aku tahu, oh ternyata aku itu kekuatannya kayak gini, oh kelemahan aku kayak gini. Nah gimana caranya dalam real life, aku berupaya memperbaiki diri dari kelebihan dan kelemahan yang aku punya. Kalau kamu, Stel?”
Iya,
kalau kamu sendiri gimana, Stel?
Jujur, kalau MBTI ini justru menjadi
kesempatan aku mengenal teman-teman aku lebih dalam. Oke, aku mempelajari yang
aku dapat, yakni INFP, tapi aku jadi memikirkan hasil teman-teman aku ini.
Paham nggak?
Jadi lucu aja, aku belajar apa yang
mereka suka atau enggak suka. Kebiasaan mereka, kemampuan mereka berinteraksi,
dan menurut aku mungkin itu tujuan kuis ini selain mengenal diri sendiri.
Yakni, ketika kita tahu hasil orang
lain, mungkin kita akan mencoba menghargai preferensinya dalam hidup.
Kayak misalnya, “kenapa sih dia bawel
banget?” oh, karena kita tahu itu adalah caranya untuk mengungkapkan apa yang
ada di pikirannya. Sama ketika, “Kenapa sih dia nggak mau jalan-jalan atau main
sama kita?”, well itu karena menjadi
tertutup adalah pilihannya, dan dia nyaman dalam kesendiriannya.
Atau, pernah ada kejadian kayak gini :
A : “Eh, si C kenapa sih hari ini, diem
banget”
B : “Udah, biarin aja, dia lagi banyak
masalah, Entar juga cerita atau balik lagi”
Nah, lewat MBTI test ini, aku jadi
belajar untuk menghargai diriku sendiri, plus belajar juga gimana orang
berinteraksi. Ketika diberikan kondisi stress yang sama, diberikan suatu posisi
menguntungkan yang sama, masih takjub aja ternyata reaksinya bisa beda-beda.
Terus apakah dari kita ada yang salah?
As
long mereka berperilaku
baik, dan kita mau memahami dia, kurasa nggak ada yang salah. Yang salah adalah
ketika emang niatnya jahat aja, misal nggak mau temenan karena si X gak punya
duit, si Y gak populer, si Z mukanya jelek (anjir jahat banget) atau niatnya
nyelakain temen kita sendiri.
Intinya adalah, nggak semua orang
berpikiran sama kayak kita. Sependapat bisa, tapi kalau ditarik benang
merahnya, mungkin karena pengaruh kepribadian dan faktor lingkungan, alasan
kenapa kita sependapat itu bisa beda. Dan apa yang kita lakukan, bisa aja
dipandang jauh berbeda. Misal mau berbuat baik, dikira ikut campur. Sinetron
banget kan? Tapi enggak, kenyataannya pun bisa kayak gitu. Jadi, belajar
ngamatin orang menurut saya adalah sesuatu yang kompleks, dan menarik banget
karena bisa sekontras itu perbedaannya, sekontras itu reaksinya, dan dari
situlah kita melengkapi, bisa saling memahami, atau kalau mau lawan balik, kita
tahu apa yang harus kita lakukan.
Every
personality is unique. Every person is borderless
Jadi, tertarik untuk mengerjakan MBTI
test?
-S, an INFP
(link : www.personalitymax.com)

Comments
Post a Comment