Skip to main content

Bicara Buku #1 : The Subtle Art of Not Giving a F*ck (A Counterintuitive Approach to Living a Good Life)

 


Sumber : https://markmanson.net/books/subtle-art

Kalau bisa dibilang, mungkin ini adalah buku nonfiksi yang pertama kali saya baca. Ketertarikan saya terhadap buku non-fiksi bisa dibilang seperti halnya ketertarikan saya pada ilmu fisika yakni nihil secara signifikan. Namun setelah membaca buku ini, saya jadi tergerak untuk mengulik buku non-fiksi satu persatu yang mudah-mudahan bisa terus saya tuangkan dalam blog ini.

Judulnya panjang, namun isinya ringkas dan sesuai dengan subjudul dari buku ini yakni pendekatan dari arah yang berkebalikan alias "a counterintuitive approach", membuat kita nalar dan berkata "oh iya juga ya" dan yang membuat nyaman adalah buku ini memotivasi tanpa embel-embel "you should be the best" atau "you should do everything your best" tapi justru pendekatannya dari hal-hal yang sederhana, sehingga mampu mendorong kita buat literally untuk memulai menjadi lebih baik. Intinya gausah muluk-muluk, let's do it.

Buku ini terdiri dari sembilan bab, terus... *sambil ngecek wikipedia sama sambil baca bukunya karena saya sudah selesai baca sebulan lalu hahahaha* antar bab satu dengan lainnya nyambung, jadi saat baca buku ini, kalau bisa dikondisikan dalam suasana yang serius tapi santai, nggak usah serius-serius amat karena Mark Mansonnya juga nggak nyuruh kita buat jadi ambisiyes (re : ambitious -in case you don't get my jokes). 

Dimulai dari judul bab I yang menyuruh kita "Don't Try". Ya bayangin aja baru juga dibuka, niatnya mendapatkan motivasi, eh tiba-tiba disuruh "ngapain nyoba-nyoba, just stop it". Nah, istilah Don't try ini diambil dari epitaph (epitaph adalah tulisan singkat di nisan gitu) dari Charles Bukowski, seorang penulis yang juga menjadi inspirasi dari Mark Manson. Dalam bab ini, poin kebalikannya adalah visualisasi dan angan-angan menjadi "berhasil", di mana definisi berhasil itu dikaitkan dalam kehidupan nyata jaman sekarang, yang dipengaruhi oleh sosial media, yang dipengaruhi oleh ambisi dan persaingan yang semakin kencang akibat kemajuan jaman, membuat kita kadang terjerumus untuk melakukan banyak hal, memikirkan banyak hal, yang justru dampaknya mungkin tidak semuanya baik bagi kita. Jadi kalau yang saya tangkap "don't try because you want to gain success, you want to gain a better life, with a very simple visualization and we won't accept our inability, our negative sides, and OUR PAIN" . Jadi kalau mau nyoba, ya harus inget kalau segala sesuatu jalan apapun itu ya ada perihnya juga, gan. Kalau mau instan, ya namanya indomie. Sehingga penting bagi kita untuk "gives a fuck to things that really matter". Sebuah reminder bahwa hidup singkat adanya sehingga seiring kita tumbuh dan dewasa, kita harus memilih apa yang mau kita berikan perhatian lebih, dan mana yang sekedar lewat.

Oh ya, bab pertama ini saya kulik lebih karena kebetulan, secara tidak sengaja saya baca berulang karena berulang kali juga saya gagal menyelesaikan buku ini. Opening yang menyenangkan adalah sejak awal kita diingatkan bahwa segala ke-overthinking-an kita itu justru menciptakan suatu lingkaran setan aka Feedback Loop from Hell. Jadi, jangan-sampai-overthinking. Terus gimana caranya? Kita diajak mengalir dari satu bab ke bab lainnya.

Bab kedua, dengan judul "Happiness is a problem" juga sangat mind-catching. Kenapa? prinsipnya karena happiness is the things that not to be seek. Iya, jadi kebahagiaan itu adalah suatu usaha, usaha menyelesaikan masalah, usaha ketika setiap masalah satu per satu bisa kita selesaikan. Atau, jangan semua-mua mengandalkan perasaan dan emosi. Karena kadang terlalu merasa bahagia atau merasa di atas atau sebaliknya, justru mendorong kita ke titik nol. Kita takut kebahagiaan kita hilang, kita takut merasakan sedih atau masalah, dan jadinya....overthinking. Maka dari itu saudara-saudara, emosi itu penting, empati itu baik, namun ada kalanya semua perlu ditakar agar kita menjadi lebih logis, lebih nalar. Jadi dewasa berasa sulitnya ketika semua sesungguhnya ada "takarannya". Tapi, nggak usah terlalu dipikirkan. Yuk mari kita solve the problem, one step at a time. Therefore, happiness will come and rise.

Bab-bab berikutnya, ada banyak sekali hal-hal yang notabene kita bisa terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti di bab tiga, dengan judul "You Are Not Special". Prinsipnya adalah, kita manusia itu cuma seutas jiwa, yang diberikan nalar untuk hidup di bumi dan menjalankan kehidupan kita. Sama dengan milyaran orang lainnya, sama dengan mereka yang telah menjadi sejarah, sama dengan mereka yang akan menjadi generasi muda penerus generasi kita. Jadi, kita nggak spesial. Dengan berpikiran demikian, kita diputar lagi oleh Mark Manson, "because you are ordinary, then do everything as best as you can, as good as you can". Karena kita bukan orang yang spesial, maka jangan pernah berhenti berkarya. Bukan untuk menjadikan kita spesial, under spotlight, atau menjadi bintang utama. Namun supaya kita bisa tetap mengerjakan tanggung jawab kita dari yang kecil sampai yang sangat besar, dengan sebaik mungkin. Mungkin perkataan saya ini kurang bisa ditangkap, tapi Mark Manson bisa membawakannya secara smooth, mengalir dan membuat kita berkata "bener juga ya!" berulang kali. Karena begitu kita merasa hebat, kita bisa saja jatuh ke dalam entitle si manusia hebat. Tapi tanpa titel, tanpa embel-embel, kita bisa memaksimalkan potensi kita, dan....ingat bahwa semua orang berpotensi dan baik adanya.

Buku ini juga memberikan berbagai ilustrasi mengenai belajar menghadapi penderitaan, menghadapi tragedi, bagaimana berelasi dengan orang lain, bagaimana pola pikir dan keyakinan yang kita yakini tidak selamanya benar dan salah. Jadi pada dasarnya, buku ini termasuk pencerahan yang cukup ultimate apalagi dalam menjalani krisis-krisis kehidupan. Setiap hari melangkah, belajar jadi dewasa, memungkinkan kita merasa tidak nyaman, merasa selalu ada yang salah, dan selalu mempertanyakan apakah langkah yang kita ambil sudah benar?

Setelah membaca buku ini, saya mencoba menyelesaikan sesuatu, do something seperti salah satu subbab yang tertera di dalamnya. Mungkin bagi banyak orang itu adalah pencapaian kecil yang remeh, tapi buat saya, setiap yang saya kerjakan adalah progress tersendiri. Dan memang, kita tidak selalu benar, tidak selalu salah. Semua itu wajar, karena hidup itu pada dasarnya, memang seperti jet coaster. Bisa menukik ke atas atau terjun ke bawah, bisa perlahan, bisa melesat sekedip mata.

Pada akhirnya, kita akan meninggalkan dunia ini. Kita akan menyesal, pasti selalu ada hal yang disesali di kemudian hari. Namun, dengan terlalu banyak memikirkannya tanpa maju bertindak, akan ada banyak hal yang kita sesali. Tapi, bisa juga justru terlalu banyak hal yang dilakukan, bisa juga memunculkan banyak hal yang kita sesali, bisa jadi karena tidak maksimal, tidak selesai, atau menjatuhkan kita.

Too many things to be learned dalam buku ini. Kalau dikupas satu-satu, tentunya akan membosankan. Menurut saya, pemilihan kata dan alur dalam buku ini terasa nyaman. Padahal sebetulnya kita sedang dihantam pelan-pelan. Namun semua perumpamaan dan logika, bisa kita terima secara perlahan. Pelan tapi pasti, rasa takut (yang pasti selalu ada), bukan hilang sepenuhnya namun justru bisa kita atur. Kapan kita harus merasa takut dan waspada, kapan kita memilih power kita untuk hal-hal yang memang membutuhkan effort lebih. Beberapa perumpamaan juga membuat saya tertawa, seperti The Misadventures of Dissapointment Panda, semacam umpama adanya tokoh Superhero berbentuk Panda yang menyebutkan berbagai kekurangan kita dan menohok dengan kata-kata tajam, tapi lucunya, dengan mengetahui dark side dan segala kekurangan yang tadinya mau kita tutupi, kita malahan merasa lega dan sekali lagi berkata "Oh iyaya benar juga"

Buku ini bisa dinikmati saat santai, saya membacanya selama perjalanan saat di kereta. Saya lebih memilih yang versi bahasa Inggris karena saya rasa akan lebih hidup dan lebih mengena. Sekalian sesekali saya highlight kata-kata mana yang tidak saya pahami. Dan kata favorit saya adalah : mundane. Membumi, tidak terlalu spiritual atau terlalu heavenly. Apa adanya seperti saat sekarang ini.

Semoga review saya bisa mendorong teman-teman untuk tertarik membacanya ya. Terlalu banyak hal bagus yang bisa dipetik. Intinya, saat saya jenuh mungkin akan saya baca lagi untuk kedua kalinya, in case ada beberapa hal terpenting yang terlewat.

Selamat membaca, selamat berkontemplasi, selamat menikmati!

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...