Skip to main content

Bicara Buku #2 : Make Your Bed : Little Things That Can Change Your Life...And Maybe the World by Admiral William H. McRaven

 

(courtesy from : here)

Selamat pagi, siang, sore, maupun malam di mana pun anda berada. Jumpa lagi di Bicara Buku #2, dan masih seputar buku non-fiksi (karena sedang gencar-gencarnya membaca buku non-fiksi, biasalah Gemini, mudah excited mudah bosan).

Buku kedua ini, saya selesaikan dalam waktu yang singkat karena jumlah halamannya yang sedikit (sekitar 80an halaman ya (?)). Mungkin dipengaruhi oleh latar belakang penulis yang seorang tentara sehingga tulisan dan maksud yang disampaikan mampu diekspresikan secara lugas. 

Sebelumnya, saya dedikasikan postingan ini kepada dr. Arcita Hanjani aka Kak Cita si Penakluk GBK yang berbaik hati ngasih pdf buku ini (fakir buku hahaha). Many thanks, Kak Cita!

Setelah membaca "Make Your Bed", saya jadi teringat kewajiban merapikan tempat tidur setelah bangun. Kecuali saat bangun terlambat dan sedang gusar, seringkali saya ke-skip dan sebetulnya ada penyesalan. "Yaelah, ngerapiin tempat tidur sendiri nggak bisa" - demikian batin saya berucap, tapi tetap saja kadang langsung lari ke kamar mandi, siap-siap, dan ciaw!

Seperti yang tadi sempat saya katakan, buku ini terlampau singkat dan padat karena hanya terdiri dari sepuluh bab dan berisi intisari dari pidato Admiral McRaven di acara keluluan University of Texas. Kenapa sepuluh chapter? Karena ini adalah intisari dari sepuluh pelajaran yang didapatkan oleh McRaven dari Navy SEAL Training dan segala pengalaman karier militernya. 

Biar nggak ribet, saya nyontek dari wikipedia. The United States Navy Sea, Air, and Land(SEALTeams, commonly known as Navy SEALs, are the U.S. Navy's primary special operations force and a component of the Naval Special Warfare Command

Jadi intinya, karena Navy SEAL ini semacam pasukan khusus, ya namanya khusus jelas usaha dan upayanya harus ekstra untuk berkarya dan berkiprah di sana. Karena pelatihan yang ekstra, ditambah berbagai pengalaman yang ia alami maupun dari tokoh-tokoh inspirasional di sekitarnya, Admiral McRaven merangkumnya dalam suatu pidato, dan dari pidato tersebut dikembangkan menjadi sebuah buku.

Sepuluh Chapter dalam buku ini antara lain :

  • Start Your Day with a Task Completed
  • You Can't Go It Alone
  • Only the Size of Your Heart Matters
  • Life's Not Fair - Drive On!
  • Failure Can Make You Stronger
  • You Must Dare Greatly
  • Stand Up to the Bullies
  • Rise to the Occasion
  • Give People Hope
  • Never, Ever Quit!
Oke, langsung saja kita sikat, yorobun. Dari kesepuluh chapter ini, kenapa sampai saya ketikkan, karena ya intinya atau poin yang disampaikan sangat tergambar dari judulnya. Mungkin secara sekilas, kita akan skeptis "Ya, apa bedanya sih buku ini sama buku motivasi yang lain". Jangan khawatir, dulu saat saya masih anti buku non-fiksi, saya juga menganggap isinya sama saja. To be honest, memang sama saja tapi pendekatannya berbeda-beda. Terserah kita mau ambil dengan cara yang seperti apa agar sebisa mungkin coba kita implementasikan dalam hidup kita sehari-hari.

Dari chapter one, saya sudah tertohok dengan "Start Your Day with a Task Completed". Sebagai seorang deadliner yang hobi menyusahkan diri sendiri, saya seringkali terdistraksi dengan berbagai hiburan di media sosial, nontonin Triplet di Youtube, atau simpel ikutan nonton sama mami saya di depan TV. Sehingga begitu di-reminder konsulen saya, saya baru langsung beranjak dan mengerjakan secepat kilat. Nah, sesuai dengan judul buku ini, di chapter pertama kita diajak untuk mari menyelesaikan pekerjaan kita, bukan untuk pujian, bukan untuk sesuatu yang perlu dibanggakan. Tapi mari mengerjakan tugas harian kita sebagai bentuk kedislipinan. Sekali lagi saya teringat, walaupun saya mengenal banyak figur tentara dalam hidup saya, kedisiplinan bukan atau belum menjadi jalan ninjaku. Di sini, saya meng-highlight perkataan Admiral McRaven 

Making my bed correctly was not going to be an opportunity for praise. It was expected of me. It was my first task of the day, and doing it right was important. It demonstrated my discipline. It showed my attention to detail, and at the end of the day it would be a reminder that I had done something well, something to be proud of, no matter how small the task.

 Jadi, kerjakanlah tugas selayaknya itu menjadi bagian dalam hidup kita. Disiplin, kerjakan, karena pada akhirnya kita yang sepatutnya bangga pada diri kita sendiri bukan butuh pujian dari orang lain. Sekecil apapun tugas itu, setidaknya itu selesai. Nah, salah satu hal simpel yang ditekankan : Why don't you start from your own bed? Terus, ada lagi yang saya kutip, berikut terlampir (hahaha), dan maaf agak panjang :

You search for something that can give you solace, that can motivate you to begin your day, that can be a sense of pride in an oftentimes ugly world. But it is not just combat. It is daily life that needs this same sense of structure. Nothing can replace the strength and comfort of one’s faith, but sometimes the simple act of making your bed can give you the lift you need to start your day and provide you the satisfaction to end it right.

Sounds fun until I forgot that I am a sentimental person, yang mudah termakan mood. Sehingga, membaca buku ini agak tertampar rasanya. Our jobs, our tasks are not our daily combat. Tapi, terkadang kita pun mengeluh. Jadi kalau suatu hari anda merasa lelah, dan mungkin hilang arah, mungkin kita harus mengulang kata-kata ini : "not a combat, it's daily life". 

Buku ini menarik sejujurnya, karena Admiral McRaven selalu memulainya dengan ilustrasi kenyataan yang ia hadapi selama hidupnya. Bagaimana rekannya yang seorang underdog dimaki-maki namun pada akhirnya membuktikan bahwa punya kekurangan bukan berarti menyerah pada keadaan, atau pada saat McRaven dan swim buddy-nya Marc harus menghadapi gelanggang "The Circus", yakni semacam "latihan" ekstra pasca latihan fisik harian karena performa fisiknya yang kurang baik. Jujur di chapter lima ini saya paling suka karena ilustrasinya selaras dengan pesan yang disampaikan. Jadi McRaven dan Marc ini pas berenang-renang di laut selalu yang paling akhir, akhirnya instrukturnya memasukkan mereka ke The Circus itu. Kalau baca bukunya jujur agak tidak sanggup membayangkan semua latihan fisik sehari-hari, nyemplung di laut, dan di sirkus itu mereka ditempa lagi. Surprisingly, mereka nggak tenggelam dalam letih dan menyerah. Mereka berdua (semacam menguatkan satu sama lain gitu), bersikeras untuk yasudah kita jalani saja. Dampaknya adalah, tanpa mereka sadari mereka menjadi semakin kuat. Jadi berangkat dari kesalahan --> menjalani hukuman --> getting stronger --> refuse to quit --> make it! Tanpa mereka sadari, mereka bisa menjalani semua latihan harian mereka lebih "enteng" ketimbang rekan lain yang nggak menjalani "The Circus" tadi. Manusia memang tempatnya salah dan ditempa ya sepertinya :') truth hurts tapi mudah-mudahan kalau kita (iya harus kita, kadang nggak bisa cuma sama diri sendiri) saling menguatkan dan stay on track, bisa berakhir indah pada waktunya. Walaupun kenyataannya hidup memang tidak adil, guys. Dan demikian setiap chapter walaupun dimulai dari ilustrasi dan cerita pendek pengalaman yang tidak bersambung antar chapter, pada akhirnya kita bisa menarik esensi dan menjadikan pembelajaran buat diri sendiri.

Kekurangan dari buku ini adalah, karena pengalamannya ditulis dari seorang veteran, seorang tentara, seorang anggota pasukan khusus, maka untuk orang awam seperti saya agak "can't relate". Kadang saya juga agak kurang bisa menarik benang merah antara ilustrasi pendahuluan dengan maknanya. Mungkin hal ini bias akibat saya membacanya terlalu terburu-buru. Serta prinsip untuk disiplin, semakin kuat, yok ditempa yok, merupakan pendekatan yang harus diterapkan perlahan. Sekali lagi, disesuaikan saja dengan kenyataan yang kita hadapi.

Jika di bicara buku #1 lebih terkesan santai dan saling sambung-menyambung antara bab di depan dan di belakang, buku ini lebih terstruktur dan jelas, dan ada partisi tiap bab, serta tidak saling sambung-menyambung. Oleh karena itu, saya tuliskan judul setiap bab agar teman-teman bisa membaca bagian yang teman-teman butuhkan. Semisal teman-teman merasa ingin menyerah, kita bisa buka chapter terakhir. Atau ketika teman-teman mendapat hambatan yang besar, mungkin bisa belajar untuk menjadikan hambatan sebagai batu loncatan layaknya "The Circus". Tapi saya sarankan untuk membacanya lengkap, supaya bisa menarik satu-persatu intisari dan akhirnya bisa membuat benang merah sesuai persepsi kita masing-masing. Di bagian terakhir juga diselipkan speech Admiral McRaven untuk almamaternya, sebagai cikal-bakal buku ini terbit.

Akhir kata, dan sekaligus di chapter terakhir :

Remember... start each day with a task completed. Find someone to help you through life. Respect everyone. Know that life is not fair and that you will fail often. But if you take some risks, step up when times are toughest, face down the bullies, lift up the downtrodden, and never, ever give up—if you do these things, then you can change your life for the better... and maybe the world!

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...