Sendu, rintik, basah
Apalah beda dengan air mata?
Ketika hujan turun perlahan,
Seolah langit terisak
Tergerus harapan, bak debu terinjak
Awan menutupi, henti sejenak
Matahari mengintip di sela
Seolah berpura tawa
Hangat hitungan detik, tak lama dingin menggelitik
Payung dilupakan, benteng hati diruntuhkan
Kala hujan, pikiran berkelana
Menunggu kapan awan tiba
Memberi nyaman walau belaka
Sampai kapan hujan?
Sampai kapan dingin?
Sampai kapan tersembunyi dalam pikiran?
Sampai kapan, menunggu cemara selebat beringin?
Sampai kapan, menunggu?
(Ditulis di suatu Kamis Sore Langit Kelabu, saat menunggu hujan reda, duduk di bangku stasiun. Ditemani segelintir orang yang sama-sama takut kehujanan)
  
Comments
Post a Comment