Skip to main content

She is A Ghost, She is Falling in Love (14)

"Eh, Kiran sudah pulang, nak?" ujar Tante Erry yang sedang merangkai bunga.
"Eh, udah tante. Tante ngerangkai bunga lagi? Tante udah makan?" tanya Kiran. Tante Erry tersenyum. "Udah, tante udah makan kok. Iya ini tante masih ngerangkai. Bakat terpendam," ujar Tante Erry. "Sama kayak mama aku, tante. Dia juga suka ngerangkai bunga. Tapi sayangnya aku nggak bakat," ujar Kiran. Tangan Tante Erry masih terampil berkutik dengan sekeranjang penuh bunga lili. "Sebenernya ngerangkai nggak perlu bakat, Kiran. Tapi kamu kan suka ngelukis. Eh, nanti tante pengen ngajak tante kamu, eh," Tante Erry sadar ia salah sebut. Kiran mengangguk. "Nggak papa tante. Mamaku udah aku anggep mama aku beneran. Seenggaknya ada yang sayang aku seperti ibu sayang ke anaknya," ujar Kiran. Tante Erry langsung menghampiri Kiran. "Kiran, tante nggak bermaksud. Semua orang pasti sayang sama Kiran. Kiran baik, ramah, pendiem, cantik pula. Seorang wanita yang bisa jadi ibunya Kiran pasti beruntung. Maafin tante ya, tadi tante salah omong," ujar Tante Erry. Kiran hanya tersenyum. Ia langsung mengalihkan perhatiannya kepada bunga-bunga lili itu. "Eh tante, ini bunga kesukaanku loh," ujar Kiran. Tante Erry langsung kembali bersemangat. "Oh ya, sama seperti Reana," ujar Tante Erry. Kiran agak tersentak. "Kenapa semua hal yang gue lakuin jadi mirip Reana?" ujarnya dalam hati. Tapi ia mencoba untuk menghiraukan semua hal itu. Siang itu pun ia lalui bersama dengan Tante Erry.

--

Sepulangnya dari rumah Reana, Kiran pun langsung mencari mamanya. Ia langsung meluncur ke ruang tamu. "Mama, Kiran pulaaang!" ujar Kiran. Pandangan mamanya, Tante Alka, tampak tidak senang. "Kamu darimana aja sih, Kiran? Jam segini baru pulang?" tanyanya."Biasalah, ma. Ke rumah Tante Erry," ujar Kiran santai. Tante Alka menghela napas. "Kamu, lebih merasa nyaman sama mamanya Reana dibanding sama mama?" tanya Alka. Kiran agak terkejut. "Ma, udah sebulan aku nemenin Tante Erry, cuma buat dia terhibur sedikit, Ma. Kehilangan anak itu berat rasanya, sama kayak kehilangan ibu," ujar Kiran. Tante Alka lebih terkejut lagi. Tangannya bergetar. Antara emosi dan sedih. "Kiran, aku memang bukan ibu kandung kamu. Tapi sejak awal, sejak kamu masih bayi, aku benar-benar sayang sama kamu, Kiran. Saking sayangnya, mama nggak mau ada rahasia. Mama ceritakan kenyataannya, bahwa kamu bukan anak kandung mama. Mama rela kalau kamu manggil dengan sebutan "tante". Tapi kamu masih mau manggil dengan sebutan "mama". Kalau kamu sampai pergi, apa bedanya mama dengan Tante Erry? Mama juga akan sangat kehilangan kamu, kehilangan seorang anak," ujar Tante Alka panjang lebar. Kiran, dengan bibir bergetar mulai angkat bicara. "Mama merasa aku nomor duain?". "Dengan kamu bicara kehilangan ibu, lantas mama kamu anggap apa?". Kiran terdiam. Sesuatu yang aneh terasa dalam dirinya. "Mama! Aku cuma pengen ketemu mama aku. Cuma pengen ketemu. Ketemu mama aku. Titik.!" Kiran membentak mamanya sendiri. Kemudian ia linglung, sesuatu yang menggerakkannya untuk bicara seperti itu. Tak lama, pikiran sadarnya buyar.

--

"Aduh," ujarnya pelan ketika matanya terbuka. Kiran sudah berada di kamarnya. Ia mengingat kejadian sebelum ia pingsan tadi. Kok tadi gue bisa bicara kayak gitu ke mama? Gue, merasa aneh," ujarnya dalam hati. Ia pun menutup mata selama beberapa menit. Lalu, perlahan ia membuka matanya. Dan ia terdiam.

Reana.

Reana duduk di tepi tempat tidurnya. Ia tidak tersenyum, ataupun terlihat sedih, wajahnya datar. Kiran gemetaran, dan ia pun kembali menutup matanya. Ketika ia membuka mata lagi, Reana masih disana. Butuh beberapa menit baginya untuk berbicara.

"Re, re gue mimpi kan?" ujarnya.
Reana tersenyum. "Enggak, lo nggak mimpi. Ini gue," ujar Reana.
"Tapi lo kan," Ucapan Kiran terhenti.
"Gue udah meninggal. Tapi jiwa gue masih di sini, Kiran. Buktinya tadi,".
"Bukti? Lo masuk ke dalam badan gue, tanpa gue sadari?".
Reana hanya mengangguk.

Kiran menarik napas, menahan, lalu menghela napas dalam-dalam.

"Kiran, lo tau kenapa gue masih disini? Gue udah terlalu cepat buat pergi, ninggalin orang-orang yang sangat berharga buat gue. Ayah gue udah di surga. Tapi gue masih di antara keduanya. Karena gue dan mereka masih nggak rela, kalau gue emang harus berpulang ke sana," ujar Reana.
Kiran hanya terdiam, mendengarkan.
"Re, gue butuh lo, sebagai penghubung gue dengan mereka. Lo tau kenapa sebulan ini lo selalu ngerasa pengen deket sama mama gue? Itu semua karena jiwa gue yang masuk ke badan lo. Lo jadi emosian, itu karena gue. Kecuali satu hal, rasa cinta lo ke Angga,".
Kiran terkejut. "Jadi, ini semua tentang Angga?" tanyanya.
"Enggak, gak cuma Angga, tentang nyokap, dan Elis, dan semuanya. Kiran, gue ke sini, cuma mau bilang, boleh nggak, lo ngasih tempat buat separuh roh gue? Gue masih mau berhubungan dengan mereka, ngobrol, bikin gue lebih hidup," pinta Reana.
Kiran langsung bersikap defensif. Wajahnya mengeras. Tiba-tiba nada suaranya meninggi.
"Jadi, lo pikir, karena gue lemah, karena gue bukan siapa-siapa, gue harus hidup dalam bayangan lo, Re? Itu maksud lo?" ujarnya.
Reana terkejut. "Bukan itu yang gue maksud. Gue cuma pengen mereka tahu gue sayang dan ada buat mereka," ujarnya singkat.
Kiran langsung berdiri dari tempat tidur.
"Gue nggak bisa hidup kayak gitu, Re. Kalau lo terus ngebayangin kita semua, lo dan semua orang yang lo sayang akan terus menolak buat nerima kenyataan, bahwa lo udah nggak ada. Gue yakin, mereka tahu bahwa lo akan selalu sayang mereka. Tapi dengan membuat diri lo seolah-olah ada, itu akan nyakitin mereka. Dan lo tahu, gue juga akan sakit karena lama-kelamaan, sosok gue yang mati, bukan lo." ujar Kiran panjang lebar.

Sedikit emosi terpancar dalam arwah Reana. "Denger, lo bisa jadi gue. Lo bisa dapetin Angga," ujar Reana.

Kiran menangis. "Lo tahu, Re. Selamanya gue nggak bisa dapetin Angga. Karena dia cuma sayang sama satu orang. Elo. Gue mau jadi konektor antara lo dan Angga. Tapi gue nggak mau lo hidup dalam diri gue. I have life, Re. Gue sayang lo," ujar Kiran.

Perlahan Reana sadar. Egonya, ketidakrelaan menjalani ini semua, memaksa Kiran untuk melakukan hal yang tidak mungkin.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Tips and Tricks UKMPPD!

Sudah seabad tidak menulis, akhirnya tergerak nulis setelah beberapa saat lalu ada adik-adik yang nanya : "Kak, bentar lagi UKMPPD, huhu" "Kak, lesnya gimana?" "Kak, aku ikut les yang mana ya kak?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah beberapa (dari sekian) pertanyaan yang saya ajukan ke kakak-kakak yang sebelumnya sudah lulus UKMPPD sebelumnya. Jujur, dari sekian banyak hal yang saya takutkan, UKMPPD ini adalah salah satunya. Kalau ditarik beberapa bulan ke belakang, masih nggak nyangka bisa lulus. UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) merupakan ujian akhir yang pastinya harus dilewati setiap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk dapat lulus dan akhirnya disumpah menjadi seorang dokter. Karena ujian ini betul-betul yang terakhir sebelum memperoleh gelar dokter, makanya perjuangannya gila-gilaan. Tapi, harus segila apa sih? Tulisan ini, seperti judulnya : Bukan Tips and Tricks, maka isinya memang bukan gimana caranya kita lul...

Drama Ngeklik Internsip (Part 2) : END!

I'm dying to get this announcement! Setelah beberapa minggu ini cukup hectic, saya baru kesampaian untuk menuliskan pengalaman ngeklik isip yang dag-dig-dug-dhuar itu. Karena sudah telat updatenya, jadi saya segera ceritakan saja ya, tentang jatuh bangun ngeklik isip. Note : sebetulnya agak hiperbola kalau dibilang drama. Tapi, ini adalah salah satu momen drama dalam hidup saya akhir-akhir ini. jadi, enjoy aja ya. kan kalo judulnya nggak drama, nanti kalian ngga mau baca lagi hahaha lol! Phase 1 : Survey! Sebulan atau dua bulan sebelum ngeklik, saya survey nih ya ke tempat ngeklik. Ngapain sih survey? Dasarnya adalah karena warnet ini jauh banget dari rumah saya, dan saya sangat asing dengan daerah ini. Kebetulan saya nganggur, saya memutuskan buat mengunjungi warnet-warnet ini. Dua warnet yang saya pilih adalah Mineski dan Supernova, dan dua-duanya berlokasi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beneran buta daerah sana. Selain itu, saya juga sebenernya pengen tahu...

She is a Ghost, She is Falling in Love (4)

Di sekolah.. "Aduh, lo lupa bawa larutan NaCl? Gila!!" bentak Elis. Reana yang baru masuk kelas pun terkejut. "Eh, apa-apaan sih lo, kok marah-marah?" tanya Reana. Kiran pun hanya bisa menangis. "Ah, Kiran, lo tau nggak sih kalo eksperimen ini penting buat gue. Nilai gue udah jelek di Biologi. Lo sih enak nilainya bagus. Tega!" Elis bicara dengan nada tinggi. "Ehm, so..so..sorry, Lis. Gue nggak ada niat apapun. Gue nggak sengaja" ujarnya, sambil menangis. "Eh, udah ah. Larutan garam kan bisa dibikin di dapur" ujar Reana. "Alah, lo urus deh, Re. Jam terakhir nanti harus ada," seru Elis kepada Reana. Reana pun menenangkan Kiran. "Ran, udah jangan nangis. Nanti gue temenin lo pas istirahat ya. Nggak papa kok, jangan nangis ya," ujar Reana menenangkan. Kiran hanya mengangguk, sambil menangis. Jam pertama pun mereka lalui, dengan diam. -- "Eh Ran, lo bisa bikin sendiri kan larutannya?" tanya Re...