Hari Minggu. Hari Minggu yang paling kelabu.   Tante Erri, dengan mata sembab, menerima tamu-tamu yang melayat ke rumahnya. Ditemani oleh saudara-saudara dan keponakannya. Tante Grani dan Om Dennis pun juga ada.  "Erri, yang kuat ya. Yang kuat. Masih banyak saudara dan aku juga. Kita sekeluarga udah nganggep kamu sebagai saudara sendiri," ujar Tante Grani.  Tante Erri terdiam. Ia menarik napas sejenak. "Iya Grani, Dennis. Terima kasih banyak. Ini, mungkin cobaan untuk aku. Setelah Mas Rangga, kini..anakku satu-satunya," ujarnya lemas.  "Erri..Erri, maafin anakku. Kalau anakku, seandainya Angga," ucapan Om Dennis terpotong.  "Sudah-sudah, ini takdir Reana. Sudah, nggak usah diungkit lagi," ujar Tante Erri.  Seiring banyaknya karangan bunga yang datang, jasad Reana tetap terbujur kaku, dengan senyumnya yang manis.   --   "Re..re..," ujar Angga lirih. Ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya.  "Angga, Angga, ini gue," ujar Sa...
halaman seorang stella. mudah ditemukan di keramaian dengan badan besar, kacamata, dan rambut keritingnya. having this page since 2010, and too many stories to tell. better read them by yourself. but first of all, thanks for whoever you are that inspire me so much. you, yes you!